Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab : 40)
Di dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Ayat ini merupakan dasar hukum yang tegas yang menyatakan bahwa tidak ada lagi nabi setelah beliau. Dan apabila tidak ada Nabi sesudahnya maka itu artinya lebih-lebih lagi tidak ada rasul [setelahnya]. Sebab kedudukan kerasulan itu lebih istimewa daripada kedudukan kenabian. Karena setiap rasul itu pasti nabi, dan tidak sebaliknya. Banyak hadits mutawatir dari Rasulullah ﷺ melalui penuturan jama’ah para Sahabat yang telah menegaskan hal itu.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/428])
Dalam hal ini terdapat beberapa hadits yang mutawatir dari sekelompok sahabat, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dari At Thufail bin Ubay bin Ka’b dari Bapaknya dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Perumpamaanku dari para Nabi adalah seperti seorang lelaki yang membangun rumah, dia memperindahnya dan melengkapinya, namun dia meninggalkan satu tempat sebesar batu bata dan dia tidak meletakkannya, maka orang-orang berkeliling mengitari bangunan dengan terkagum kagum sambil mengatakan, ‘seandainya tempat batu bata ini sempurna’, maka saya dari para Nabi itu seperti tempat batu bata itu”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Bundar dari Abi Amir al-Aqadi, dan beliau (Tirmidzi) mengatakan,”Hasan Shahih” (Tafsir al Quran al Azhim juz VI hal 428)
Rasulullah ﷺ bersabda,
“…Aku adalah penutup nabi-nabi, [artinya] tidak ada lagi Nabi sesudahku..” (HR. Abu Dawud dll dari Tsauban radhiyallahu’anhu. Al-Hafizh berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Ibnu Hibban”, lihat al-Fath [20/131])
Dalam kitab ‘Aun al-Ma’bud syarah Sunan Abu Dawud dikatakan:
“Tidak ada lagi Nabi sesudahku; Ini merupakan tafsiran dari ucapan sebelumnya [yaitu ‘aku adalah penutup nabi-nabi’].” (‘Aun al-Ma’bud [9/292])
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku adalah al-‘Aqib/yang paling belakang; al-‘Aqib yaitu [nabi] yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu)
Wallahu a'lam bish-shawab
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab : 40)
Di dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
فهذه الآية نص في أنه لا نبي بعده، وإذا كان لا نبي بعده فلا رسول [بعده] بطريق الأولى والأحرى؛ لأن مقام الرسالة أخص من مقام النبوة، فإن كل رسول نبي، ولا ينعكس. وبذلك وردت الأحاديث المتواترة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من حديث جماعة من الصحابة
“Ayat ini merupakan dasar hukum yang tegas yang menyatakan bahwa tidak ada lagi nabi setelah beliau. Dan apabila tidak ada Nabi sesudahnya maka itu artinya lebih-lebih lagi tidak ada rasul [setelahnya]. Sebab kedudukan kerasulan itu lebih istimewa daripada kedudukan kenabian. Karena setiap rasul itu pasti nabi, dan tidak sebaliknya. Banyak hadits mutawatir dari Rasulullah ﷺ melalui penuturan jama’ah para Sahabat yang telah menegaskan hal itu.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/428])
Dalam hal ini terdapat beberapa hadits yang mutawatir dari sekelompok sahabat, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dari At Thufail bin Ubay bin Ka’b dari Bapaknya dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Perumpamaanku dari para Nabi adalah seperti seorang lelaki yang membangun rumah, dia memperindahnya dan melengkapinya, namun dia meninggalkan satu tempat sebesar batu bata dan dia tidak meletakkannya, maka orang-orang berkeliling mengitari bangunan dengan terkagum kagum sambil mengatakan, ‘seandainya tempat batu bata ini sempurna’, maka saya dari para Nabi itu seperti tempat batu bata itu”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Bundar dari Abi Amir al-Aqadi, dan beliau (Tirmidzi) mengatakan,”Hasan Shahih” (Tafsir al Quran al Azhim juz VI hal 428)
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“…Aku adalah penutup nabi-nabi, [artinya] tidak ada lagi Nabi sesudahku..” (HR. Abu Dawud dll dari Tsauban radhiyallahu’anhu. Al-Hafizh berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Ibnu Hibban”, lihat al-Fath [20/131])
Dalam kitab ‘Aun al-Ma’bud syarah Sunan Abu Dawud dikatakan:
لَا نَبِيّ بَعْدِي : تَفْسِير لِمَا قَبْله
“Tidak ada lagi Nabi sesudahku; Ini merupakan tafsiran dari ucapan sebelumnya [yaitu ‘aku adalah penutup nabi-nabi’].” (‘Aun al-Ma’bud [9/292])
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“Aku adalah al-‘Aqib/yang paling belakang; al-‘Aqib yaitu [nabi] yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu)
Wallahu a'lam bish-shawab