Tausiyah Sulthonul Qulub Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,
Semua yang hidup pasti akan merasakan kematian, dan kematian bagi para pendosa adalah akhir dari kebahagiaan dan awal dari kehinaan. Namun kematian bagi hamba yang rindu pada Sang Maha Indah adalah berakhirnya segala cobaan dan bermulanya keindahan yang kekal.
Tiadalah kehidupan dunia itu kecuali panggung sandiwara, yang kaya belum tentu bahagia dan yang miskin belum tentu dalam keadaan susah bahkan bisa jadi dalam hari-harinya selalu bahagia, bisa saja orang yang kelihatannya mulia dan kaya barangkali dia dalam kesusahan dan sangat mendambakan kemerdekaan seperti orang-orang yang miskin.
Orang-orang yang semakin tinggi jabatannya hakikatnya ia semakin terpenjara dan semakin terjajah oleh jabatannya. Sedangkan orang yang berada di pinggiran jalan, bebas kapan saja dia mau makan ia bisa makan, tetapi orang yang sudah bekerja sebagai pegawai untuk makan ada waktu yang ditentukan, semakin tinggi jabatannya maka semakin sulit gerakannya, semakin penuh alam pemikirannya maka semakin sulit ia merasakan keindahan dan semakin terganggu istirahatnya, sedangkan orang yang susah kapan pun mau tidur ia bisa tidur dan terserah kapan ia mau bangun, tetapi tidak demikian dengan orang yang semakin tinggi jabatannya di dunia.
Maka kaya dan miskin bukanlah menjadi tolak ukur, kaya ataupun miskin, jabatan rendah ataupun tinggi kesemuanya itu selalu terjadi sepanjang bumi diciptakan, dari generasi ke generasi mereka hidup ada yang dalam kesusahan dan ada yang dalam kebahagiaan, ada yang dalam kehinaan dan ada yang dalam kemuliaan, ada yang dalam derajat tinggi dan ada yang dalam derajat rendah, ada yang dalam musibah dan ada yang dalam kenikmatan, kesemunya itu telah terjadi dan akan terus terjadi, aku dan kalian sedang melewatinya kemudian akan melupakannya dan terlepas darinya, dan berpindah ke generasi berikutnya.
Demikian yang terjadi mulai dari ayahanda kita Sayyidina Adam 'alaihissalam, dan yang kekal dan abadi adalah bakti kepada Allah, cinta Allah, rindu Allah, getaran jiwa yang bersambung dengan cahaya keluhuran yang kekal, Yang Maha Melihat setiap getaran perasaan hamba-Nya, Yang Maha Melihat setiap apa yang difikirkan oleh hamba-Nya, Yang Maha Melihat apa yang akan terjadi pada hamba-Nya, Yang Maha menghargai keinginan hamba yang ingin dekat kepada-Nya, Yang Maha menyambut hamba yang ingin kembali dari kehinaan kepada keluhuran atau menambah dari keluhuran menjadi lebih luhur lagi, Dialah Yang Maha Baik melebihi segala yang baik karena semua kebaikan adalah milik-Nya dan ciptaan-Nya, Dialah Yang Maha berjasa dari semua yang berjasa, Yang memberi kita jasad, Yang memberi kita kehidupan, Yang menghamparkan bumi untuk kita, yang menciptakan hewan, tumbuhan, bulan, matahari dan segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan tidak lain hanyalah untuk mendekat kita kepada-Nya, untuk mencapai cinta-Nya, untuk mencapai kasih sayang-Nya, setiap detikmu adalah lamaran cinta Allah agar engkau menerima cinta Rabbul ‘alamin.
[Al Madad Ya Rasulallah]
Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,
Semua yang hidup pasti akan merasakan kematian, dan kematian bagi para pendosa adalah akhir dari kebahagiaan dan awal dari kehinaan. Namun kematian bagi hamba yang rindu pada Sang Maha Indah adalah berakhirnya segala cobaan dan bermulanya keindahan yang kekal.
Tiadalah kehidupan dunia itu kecuali panggung sandiwara, yang kaya belum tentu bahagia dan yang miskin belum tentu dalam keadaan susah bahkan bisa jadi dalam hari-harinya selalu bahagia, bisa saja orang yang kelihatannya mulia dan kaya barangkali dia dalam kesusahan dan sangat mendambakan kemerdekaan seperti orang-orang yang miskin.
Orang-orang yang semakin tinggi jabatannya hakikatnya ia semakin terpenjara dan semakin terjajah oleh jabatannya. Sedangkan orang yang berada di pinggiran jalan, bebas kapan saja dia mau makan ia bisa makan, tetapi orang yang sudah bekerja sebagai pegawai untuk makan ada waktu yang ditentukan, semakin tinggi jabatannya maka semakin sulit gerakannya, semakin penuh alam pemikirannya maka semakin sulit ia merasakan keindahan dan semakin terganggu istirahatnya, sedangkan orang yang susah kapan pun mau tidur ia bisa tidur dan terserah kapan ia mau bangun, tetapi tidak demikian dengan orang yang semakin tinggi jabatannya di dunia.
Maka kaya dan miskin bukanlah menjadi tolak ukur, kaya ataupun miskin, jabatan rendah ataupun tinggi kesemuanya itu selalu terjadi sepanjang bumi diciptakan, dari generasi ke generasi mereka hidup ada yang dalam kesusahan dan ada yang dalam kebahagiaan, ada yang dalam kehinaan dan ada yang dalam kemuliaan, ada yang dalam derajat tinggi dan ada yang dalam derajat rendah, ada yang dalam musibah dan ada yang dalam kenikmatan, kesemunya itu telah terjadi dan akan terus terjadi, aku dan kalian sedang melewatinya kemudian akan melupakannya dan terlepas darinya, dan berpindah ke generasi berikutnya.
Demikian yang terjadi mulai dari ayahanda kita Sayyidina Adam 'alaihissalam, dan yang kekal dan abadi adalah bakti kepada Allah, cinta Allah, rindu Allah, getaran jiwa yang bersambung dengan cahaya keluhuran yang kekal, Yang Maha Melihat setiap getaran perasaan hamba-Nya, Yang Maha Melihat setiap apa yang difikirkan oleh hamba-Nya, Yang Maha Melihat apa yang akan terjadi pada hamba-Nya, Yang Maha menghargai keinginan hamba yang ingin dekat kepada-Nya, Yang Maha menyambut hamba yang ingin kembali dari kehinaan kepada keluhuran atau menambah dari keluhuran menjadi lebih luhur lagi, Dialah Yang Maha Baik melebihi segala yang baik karena semua kebaikan adalah milik-Nya dan ciptaan-Nya, Dialah Yang Maha berjasa dari semua yang berjasa, Yang memberi kita jasad, Yang memberi kita kehidupan, Yang menghamparkan bumi untuk kita, yang menciptakan hewan, tumbuhan, bulan, matahari dan segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan tidak lain hanyalah untuk mendekat kita kepada-Nya, untuk mencapai cinta-Nya, untuk mencapai kasih sayang-Nya, setiap detikmu adalah lamaran cinta Allah agar engkau menerima cinta Rabbul ‘alamin.
[Al Madad Ya Rasulallah]