واعلموا أن العلماء إتفقوا على وجوب الصلة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم , ثم اختلفوا في تعيين الواجب فعند مالك تجب الصلوة والسلام في العمر مرة وعند الشافعي تجب في التشهد الأخير من كل فرض, وعند غيرهما تجب في كل مجلس مرة وقيل تجب عند ذكره وقيل بجب الإكثار منها من غير تقييد بعدد, وبالجملة فالصلاة على النبي أمرها عظيم وفضلها جسيم. وهي أفضل الطاعات وأجل القربات حتى قال بعض ال عارفين إنها توصل إلى الله تعالى من غير شيخ لأن الشيخ والسند فيها صاحبها ولاأنها تعرض عليه ويصلي على المصلي بخلاف غيرها من الأذكار فلا بد فبها من الشيخ الارف و لا دخلها الشيطان ولم ينتفع صاحبها بها.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya para ulama telah sepakat atas diwajibkannya membaca shalawat dan salam untuk Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai kapan kewajiban ini harus dilakukan. Menurut Imam Malik, cukup satu kali dalam seumur hidup. Menurut Imam Syafi’i, wajib dibaca pada waktu tasyahud akhir dalam setiap shalat fardhu. Menurut ulama lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majelis. Ada juga ulama yang berpendapat wajib membaca shalawat setiap kali mendengar nama Nabi ﷺ disebut. Dan ada juga yang mengatakan untuk memperbanyak shalawat tanpa dibatasi bilangan tertentu. Secara umum, membaca shalawat kepada Nabi ﷺ merupakan hal yang sangat agung dan keutamaannya sangat banyak.”“Membaca shalawat merupakan bentuk ibadah yang paling utama dan paling besar pahalanya. Sampai-sampai sebagian kaum ‘arifin mengatakan: “Sesungguhnya shalawat itu bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat billah meskipun tanpa guru spiritual (mursyid). Karena guru dan sanadnya langsung melalui Nabi ﷺ.” Ingat, setiap shalawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada Nabi ﷺ dan beliau ﷺ membalasnya dengan do'a serupa. Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir (selain shalawat) yang harus melalui guru spiritual (mursyid), yang sudah mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian maka akan dimasuki syetan dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun.” (Hasiyah ash-Shawi ‘ala al-Jalalain juz 3 hlm. 287).
Abdurrahman bin Samrah meriwayatkan sebuah hadits yang dituturkan oleh Sa’id bin al-Musayyab, bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Kulihat seorang dari umatku berjalan di atas shirath, kadang merangkak-rangkak dan kadang bergelantung. Kemudian datanglah shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) lalu membangunkannya hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, lalu ia diselamatkan oleh shalawatnya.” (HR. Abu Musa al-Madini dalam at-Targhib wa at-Tarhib, hadits hasan jiddan).