Al-Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Ketika kalian melihat seorang lelaki yang mempunyai sifat zuhud dari duniawi, maka dekatilah karena sesungguhnya dia itu telah dianugerahi ilmu hikmah".
Di dalam sebuah hadits yang lain pula, Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang semakin bertambah ilmunya dan tidak semakin bertambah zuhud dari perkara duniawi, tidak ada yang semakin bertambah melainkan dia semakin jauh dari Allah".
Di dalam Salalim al-Fudhala' dinukilkan bahwa seorang ulama bernama Al-Habib Muhammad bin Hasan al-Mu'allim al-Husaini pernah berkata,
"Ketika anak Adam tenggelam dalam cinta duniawi, dia akan berkata: "Bagaimana aku beramal? Mana jalan yang harus aku tempuh? Mana jalan keselamatan?".
Orang yang cinta duniawi ini menyerupai orang yang mabuk atau orang yang hampir tenggelam di lautan. Jika tidak demikian, maka sesungguhnya tiada jalan kecuali mengikuti Kalam Allah dan petunjuk daripada Rasul-Nya".
Diriwayatkan bahwa setelah memakan buah khuldi, Nabi Adam merasakan sakit perut layaknya orang ingin buang hajat. Padahal lazimnya penghuni syurga tidak melakukan hal tersebut. Syurga yang merupakan tempat suci tentu tidak layak digunakan untuk membuang kotoran. Hal itu yang membuat Nabi Adam pun kebingungan.
Buah yang membuat nabi Adam ingin mebuang air besar. Lantas Allah berfirman, “Di mana kau akan membuangnya? Di atas tempat tidurkah? Di atas tahta-kah? Atau di sungai-sungai atau di bawah pepohonan? Apakah ada tempat yang patut untuk itu? Maka, turun sajalah ke dunia.” Dan itulah sebab mengapa Nabi Adam dan Hawa tetap harus turun ke bumi meski Allah telah memaafkan kesalahannya.
Dunia hanyalah ibarat tandas yang kita memandangnya hanyalah tempat keperluan bukan maksud hidup kita. Maka usahalah perkara dunia sekadar untuk keperluan kita dan beramallah untuk akhirat sebagai maksud hidup karena kehidupan kita yang hakiki adalah di akhirat kelak.
[Ustadz Iqbal Zain Al-Jauhari]
#kalamhikmah
Di dalam sebuah hadits yang lain pula, Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang semakin bertambah ilmunya dan tidak semakin bertambah zuhud dari perkara duniawi, tidak ada yang semakin bertambah melainkan dia semakin jauh dari Allah".
Di dalam Salalim al-Fudhala' dinukilkan bahwa seorang ulama bernama Al-Habib Muhammad bin Hasan al-Mu'allim al-Husaini pernah berkata,
"Ketika anak Adam tenggelam dalam cinta duniawi, dia akan berkata: "Bagaimana aku beramal? Mana jalan yang harus aku tempuh? Mana jalan keselamatan?".
Orang yang cinta duniawi ini menyerupai orang yang mabuk atau orang yang hampir tenggelam di lautan. Jika tidak demikian, maka sesungguhnya tiada jalan kecuali mengikuti Kalam Allah dan petunjuk daripada Rasul-Nya".
Diriwayatkan bahwa setelah memakan buah khuldi, Nabi Adam merasakan sakit perut layaknya orang ingin buang hajat. Padahal lazimnya penghuni syurga tidak melakukan hal tersebut. Syurga yang merupakan tempat suci tentu tidak layak digunakan untuk membuang kotoran. Hal itu yang membuat Nabi Adam pun kebingungan.
Buah yang membuat nabi Adam ingin mebuang air besar. Lantas Allah berfirman, “Di mana kau akan membuangnya? Di atas tempat tidurkah? Di atas tahta-kah? Atau di sungai-sungai atau di bawah pepohonan? Apakah ada tempat yang patut untuk itu? Maka, turun sajalah ke dunia.” Dan itulah sebab mengapa Nabi Adam dan Hawa tetap harus turun ke bumi meski Allah telah memaafkan kesalahannya.
Dunia hanyalah ibarat tandas yang kita memandangnya hanyalah tempat keperluan bukan maksud hidup kita. Maka usahalah perkara dunia sekadar untuk keperluan kita dan beramallah untuk akhirat sebagai maksud hidup karena kehidupan kita yang hakiki adalah di akhirat kelak.
[Ustadz Iqbal Zain Al-Jauhari]
#kalamhikmah