Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya
Home » Mutiara Hikmah » MENCAIRKAN HATI YANG KERAS


MENCAIRKAN HATI YANG KERAS

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Sebuah kisah ditulis oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar , tentang seorang shaleh bernama Shafwan bin Sulaim (w. 132 H). Kebiasaan unik terlihat pada diri Shafwan. Selama beberapa hari, ia sering pergi ke pemakaman Baqi’. Muhammad Shalih bin at-Tammar, sumber kisah ini, suatu hari mengikutinya. Muhammad Shalih ingin tahu, apa yang dilakukan Shafwan di pemakaman Madinah tersebut?

Di pemakaman tempat para sahabat Rasulullah dimakamkan itu, Shafwan menundukkan kepalanya. Ia duduk di samping sebuah makam. Tidak henti-hentinya ia menangis di samping makam itu. Muhammad Shalih menduga ia telah kehilangan salah satu keluarganya.

Di kesempatan lain, Muhammad Shalih membuntuti Shafwan masuk ke pemakaman Baqi’. Ia tercengang, karena objek yang dihampiri bukan kuburan yang sebelumnya. Shafwan melakukan hal yang sama; menunduk, duduk di samping makam dan menangis tanpa henti. Muhammad Shalih akhirnya menemui Muhammad bin al-Munkadir, seorang ulama kota Madinah.

Kepada Muhammad bin al-Munkadir, Muhammad Shalih menceritakan perihal kebiasaan Shafwan menangis di pekuburan Baqi’. Muhammad bin al-Munkadir menjelaskan: “Semua di pemakaman Baqi’ itu keluarga dan saudara Shafwan. Ia ingin menggugah hatinya dengan mengingat kematian, di saat ia merasa hatinya keras.”

************

Hati merupakan motor penggerak penentu sikap baik dan buruk seseorang. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyebut hati sebagai “sepotong daging” (mudhghah) sumber energi tubuh; jika ia baik maka baik pula seluruh aktivitas tubuh, bila buruk maka buruk pula seluruh aktivitasnya. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Karena posisi hati yang demikian vital, kajian tentang managemen hati banyak dibahas oleh para ulama, khususnya penyakit dan pengobatan hati. Imam al-Ghazali secara khusus mengupas item ini dalam kitab Ihyâ’ Ulûmiddîn, pada pembahasan Rubu’ul-Muhlikât dan al-Munjiyât. Meski ada istilah populer yang mengklasifikasi penyakit hati sebagai Qaswatul-Qalb (kerasnya hati) dan Mautul-Qalb (matinya hati).

Hati yang mengeras di singgung dalam QS. Al-Baqarah [02]: 74. “Kemudian setelah itu hatimu mengeras, setelah itu lalu menjadi batu, bahkan lebih keras daripada batu.” Pengaruh kerasnya hati biasanya dipicu oleh sulitnya hati tersentuh kebenaran, sehingga sulit menerima nasihat baik. Ibarat batu keras yang tak bisa menyerap siraman air.

Dalam kehidupan, kita temukan banyak penganjur kebaikan melalui televisi, audio ceramah dan media sosial. Akan tetapi, mengapa ayat dan hadits yang disampaikan mereka seperti tak berpengaruh sama sekali?

Bisa jadi alasannya: karena penganjur kebaikan itu belum menata hati, terutama nilai ikhlas. Namun, dalam hal kebaikan, kita juga diarahkan agar melihat “apa yang disampaikan”, bukan pada penyampainya (unzhur ma qil, wa la tanzhur man qal). Artinya, seburuk apapun pesan nasehat haruslah diterima, tanpa melihat siapa yang menyampaikannya.

Pada kondisi ini, penting melihat kondisi hati, barangkali ia telah sekeras batu? Deteksi awal penyakit keras hati ialah: hati jauh dari menerima kebaikan, khususnya dari nasehat Al-Qur’an. Dalam QS Qaf : 45, misalnya, kita diperintah .menasehati siapa pun agar takut pada ancaman Allah.

Efek hati yang sulit menerima kebaikan, kata ulama, akan mendorong malas beribadah; tak peduli sosial; hidup tidak tenang dan selalu mengedepankan urusan duniawi. Yang terbayang hanya bagaimana mendapat kekayaan, tanpa peduli akhirat atau nasihat bijak. Orang seperti ini, perlu resep pelembut hati (talyînul-Qalb).

Di Indonesia dikenal istilah ini yang kemudian dipopulerkan oleh Opick lewat judul lagu Tombo Ati. Lima komponen Tombo Ati itu mencakup 1) membaca Al-Qur’an menghayati makna, 2) shalat malam, 3) bergaul dengan orang shaleh, 4) perut senantiasa lapar, 5) kerasan dzikir malam.

Lima komponen ini sebenarnya bisa mendeteksi penyebab kerasnya hati. Membaca Al-Qur’an tanpa menghayati maknanya tanda mengerasnya hati, lebih-lebih tidak pernah baca Al-Qur’an. Sebagai pedoman beragama, Al-Qur’an mestinya dipahami dan tidak sekedar dibaca. Selain, ada keyakinan membaca Al-Qur’an bernilai pahala.

Dzikir dan shalat di keheningan malam, bisa melembutkan hati. Penghayatan akan kehidupan diri, merupakan inti penting dari aktivitas shalat dan dzikir malam. Jika hal ini tidak pernah dilakukan, bisa dimungkinkan hati akan mengeras.

Banyak makan juga penyebab hati menjadi keras, karena yang terus dipikirkan hanyalah urusan perut. Orang yang selalu mengedepankan isu “perut” biasanya suka menerobos rambu agama, tidak peduli apa berasal dari jalan haram atau halal. Maka butuh terapi lapar agar hati tersentuh kehidupan di luar, utamanya ketika kesulitan mencari makan. Terapi puasa ampuh melembutkan hati.

Teman juga demikian. Ia merupakan sumber perilaku yang menyerap hal baik dan buruk. Sering bergaul dengan teman yang keras hati, pasti hatinya ikut juga terpengaruh. Ada ungkapan menarik oleh Ja'far bin Sulaiman: “Jika aku temukan hatiku mengeras, pagi-pagi aku berangkat menemui Muhammad bin Wasi’. Aku lihat wajahnya, seakan ia selalu berduka.” Muhammad bin Wasi’ memang berkepribadian wara’, sehingga dengan memandangnya saja bisa membuat hati lembut.

Sebenarnya tidak hanya lima konsep tadi yang terkait pengobatan hati. Ada opsi lain yang juga bisa diterapkan sebagai resep ampuh mu’alajatu qaswatil-qalb. Diantaranya berziarah ke pekuburan, seperti pengalaman Shafwan bin Sulaim dalam kisah di awal.

Suatu ketika, Ummul Mu'minin Sayyidah ‘Aisyah didatangi seseorang yang mengeluhkan penyakit keras hati. Sayyidah ‘Aisyah mengatakan: “Itu seburuk-buruk penyakit,” Beliau lalu menganjurkan tiga resep: 1) sering mengunjungi orang sakit, 2) sering mengantar jenazah dan perhatikan bagaimana jenazah dimasukkan ke liang, 3) sering mengingat kematian.

Semoga kita tetap bisa menjaga hati tetap hidup, lembut dan mencair. Aamiin.

[Sidogiri Media]


Newer Post Older Post

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
Comments
Atom
Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse