Rasulullah ﷺ bersabda,
“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha/rela menjadikan Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Ketika engkau ditimpakan cobaan yang berat dari Allah, lalu engkau tahu, bahwa ini merupakan bagian dari takdir Allah, kemudian engkau RIDHA kepada-Nya, maka engkau akan merasakan manisnya iman.
Berbeda dengan orang yang Allah timpakan padanya cobaan, kemudian ia melihat berdasarkan hawa nafsunya, sehingga ia MARAH terhadap takdir. Tanpa ia sadari ia telah marah kepada Dzat yang telah menetapkan takdir, Yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, lagi Maha Penyayang. Sehingga baginya pun kemurkaan Rabbnya. Na’udzubillah.
Ketika engkau terasa berat dalam mengamalkan syari’at Islam DALAM DIRIMU dan KELUARGAMU; baik itu meninggalkan maksiat ataukah mengerjakan ketaatan, tapi engkau ingat ada balasan dibaliknya sehingga engkau pun ridha dengan syari’at-Nya, sehingga engkau MEMAKSA DIRIMU untuk tetap di atasnya dan tidak berpaling darinya, maka engkau akan merasakan manisnya iman.
Berbeda dengan mereka yang mendahulukan hawa nafsu di atas syari’at, mereka lalai atau lupa atau pura-pura lupa; bahwa kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Hanya karena kesenangan sesaat, mereka menerjang perintah dan larangan Allah. Sehingga hati mereka menjadi keras karenanya.
Beliau ﷺ juga bersabda,
“Tidaklah seorang muslim membaca (dzikir berikut) saat ia memasuki pagi hari sebanyak tiga kali dan di sore hari tiga kali:
Aku rela Allah sebagai Rabb
Islam sebagai agama
dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).”
kecuali Allah pasti untuk meridhainya pada hari kiamat.”
(HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
Wallahu a’lam.
ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا ، وبالإسلام دينا ، وبمحمد رسولا
“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha/rela menjadikan Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Ketika engkau ditimpakan cobaan yang berat dari Allah, lalu engkau tahu, bahwa ini merupakan bagian dari takdir Allah, kemudian engkau RIDHA kepada-Nya, maka engkau akan merasakan manisnya iman.
Berbeda dengan orang yang Allah timpakan padanya cobaan, kemudian ia melihat berdasarkan hawa nafsunya, sehingga ia MARAH terhadap takdir. Tanpa ia sadari ia telah marah kepada Dzat yang telah menetapkan takdir, Yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, lagi Maha Penyayang. Sehingga baginya pun kemurkaan Rabbnya. Na’udzubillah.
Ketika engkau terasa berat dalam mengamalkan syari’at Islam DALAM DIRIMU dan KELUARGAMU; baik itu meninggalkan maksiat ataukah mengerjakan ketaatan, tapi engkau ingat ada balasan dibaliknya sehingga engkau pun ridha dengan syari’at-Nya, sehingga engkau MEMAKSA DIRIMU untuk tetap di atasnya dan tidak berpaling darinya, maka engkau akan merasakan manisnya iman.
Berbeda dengan mereka yang mendahulukan hawa nafsu di atas syari’at, mereka lalai atau lupa atau pura-pura lupa; bahwa kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Hanya karena kesenangan sesaat, mereka menerjang perintah dan larangan Allah. Sehingga hati mereka menjadi keras karenanya.
Beliau ﷺ juga bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Tidaklah seorang muslim membaca (dzikir berikut) saat ia memasuki pagi hari sebanyak tiga kali dan di sore hari tiga kali:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا،
radhitu bilaahi RabbaAku rela Allah sebagai Rabb
وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا،
wa bil islaami diinaaIslam sebagai agama
وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا.
wa bi Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallama nabiyyadan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).”
إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
kecuali Allah pasti untuk meridhainya pada hari kiamat.”
(HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
Wallahu a’lam.