جلوس الأنسان بين يدي وليّ لله كحلب شاة أو كسجّ بيضة خير من أن تتقطّع في العبادة إربا إربا
“ Duduknya seseorang di hadapan Wali Allah walaupun sejenak sekedar waktu yang cukup untuk memerah susu atau memecah telur, hal itu lebih baik daripada ibadah kepada Allah sampai badannya terpotong-potong.”
(Kalam Habib Alwi bin Syihab: 1/139 )
**
Diriwayatkan pada sebagian perkataan tabi'in, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menghitung amal seorang hamba, ternyata kejelekannya lebih banyak daripada kebaikannya. lalu diperintahkan untuk dibawa ke neraka. Kemudian tatkala ia dibawa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada Jibril 'alaihissalam: "Susullah hamba-Ku! dan tanyalah dia, Apakah dia pernah duduk di majelis (perkumpulan ) orang alim di dunia sehingga Aku mengampuninya dengan sebab syafaat orang alim itu. Maka Jibril bertanya kepada hamba tersebut dan dia menjawab: "Saya tidak pernah duduk dengan orang alim". Lalu Jibril berkata: "Wahai Rabbku, Engkau lebih mengetahui keadaan hamba-Mu?" maka Allah berkata: "Tanyalah dia, Apakah dia mencintai orang alim?" Maka Jibril bertanya kepadanya dan dia berkata: "Tidak ". Lalu Allah berkata: "Wahai Jibril tanyalah dia, Apakah dia pernah duduk makan bersama orang alim?" Maka Jibril bertanya kepadanya dan dia berkata "Tidak". Lalu Allah berkata: "Wahai Jibril, tanyalah dia tentang nama dan nasabnya, jika namanya sama dengan nama seorang alim maka dia diampuni." Jibril pun bertanya kepadanya, dan ternyata tidak sama. Lalu Allah berkata kepada Jibril: "Ambillah dia dan masukkanlah ke dalam surga!" Maka sesungguhnya dia MENCINTAI seseorang yang mencintai orang alim, maka dia diampuni dengan berkat orang yang mencintai orang alim tersebut." (An-Nawadir : 55)
[Madras Ribath]
(Kalam Habib Alwi bin Syihab: 1/139 )
**
Diriwayatkan pada sebagian perkataan tabi'in, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menghitung amal seorang hamba, ternyata kejelekannya lebih banyak daripada kebaikannya. lalu diperintahkan untuk dibawa ke neraka. Kemudian tatkala ia dibawa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada Jibril 'alaihissalam: "Susullah hamba-Ku! dan tanyalah dia, Apakah dia pernah duduk di majelis (perkumpulan ) orang alim di dunia sehingga Aku mengampuninya dengan sebab syafaat orang alim itu. Maka Jibril bertanya kepada hamba tersebut dan dia menjawab: "Saya tidak pernah duduk dengan orang alim". Lalu Jibril berkata: "Wahai Rabbku, Engkau lebih mengetahui keadaan hamba-Mu?" maka Allah berkata: "Tanyalah dia, Apakah dia mencintai orang alim?" Maka Jibril bertanya kepadanya dan dia berkata: "Tidak ". Lalu Allah berkata: "Wahai Jibril tanyalah dia, Apakah dia pernah duduk makan bersama orang alim?" Maka Jibril bertanya kepadanya dan dia berkata "Tidak". Lalu Allah berkata: "Wahai Jibril, tanyalah dia tentang nama dan nasabnya, jika namanya sama dengan nama seorang alim maka dia diampuni." Jibril pun bertanya kepadanya, dan ternyata tidak sama. Lalu Allah berkata kepada Jibril: "Ambillah dia dan masukkanlah ke dalam surga!" Maka sesungguhnya dia MENCINTAI seseorang yang mencintai orang alim, maka dia diampuni dengan berkat orang yang mencintai orang alim tersebut." (An-Nawadir : 55)
[Madras Ribath]