Rasulullah ﷺ bersabda, “Shalat adalah mi'rajnya orang beriman”. Begitulah bunyi sabda Nabi ﷺ, untuk menisbatkan kualitas shalat bagi para pecinta.
Seorang Aqwiya (orang-orang yang mendalam cintanya kepada Allah) akan menjalankan shalat sebagai media untuk melepaskan rindu kepada Rabbnya.
Seorang pecinta senang sekali menjalankannya dan menanti-nanti saat shalat untuk waktu berikutnya, bukan sebagai pemenuhan kewajiban semata.
Dalam shalat/beribadah, Ali bin Abi Thalib membagi menjadi 3 tingkatan:
1. Ada hamba yang beribadah kepada Allah karena ingin mendapatkan imbalan, itu ibadahnya kaum pedagang.
2. Ada hamba yang beribadah karena takut siksaan, itu ibadahnya budak.
3. Dan ada sekelompok hamba yang beribadah karena “cinta” kepada Allah, itulah ibadahnya orang mukmin.
Ibnu Sirrin berkata, “Jika aku harus memilih antara surga dan shalat dua raka'at, aku memilih shalat dua raka'at. Karena dalam dua raka'at ada ridha-Nya Allah, taqarrub kepada-Nya. Sedang dalam syurga yang ada hanya kesenangan nafsu dan kesenangan manusia".
Ibnu Athaillah juga berkata, “Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan balasan atau menuntut sesuatu dari pihak yang dicintainya”.
Bahkan, seorang pecinta akan berhias seindah mungkin dalam shalatnya, melebihi saat hendak bertemu dengan manusia.
Bukankah seringkali kita hanya berpenampilan seadanya ketika menemui Allah, tak seindah ketika hendak bertemu dengan manusia.
Bahkan, seorang pecinta kerap kali menangis dalam shalatnya. Kucuran airmata para pecinta merupakan bentuk ungkapan kebahagiaan, saat berjumpa dengan Allah dalam shalatnya.
Lalu, bagaimana dengan shalat kita?
Semoga bisa menjadi bahan muhasabah dan upaya dalam perbaikan shalat kita semua.
#MahabbahCinta
Seorang Aqwiya (orang-orang yang mendalam cintanya kepada Allah) akan menjalankan shalat sebagai media untuk melepaskan rindu kepada Rabbnya.
Seorang pecinta senang sekali menjalankannya dan menanti-nanti saat shalat untuk waktu berikutnya, bukan sebagai pemenuhan kewajiban semata.
Dalam shalat/beribadah, Ali bin Abi Thalib membagi menjadi 3 tingkatan:
1. Ada hamba yang beribadah kepada Allah karena ingin mendapatkan imbalan, itu ibadahnya kaum pedagang.
2. Ada hamba yang beribadah karena takut siksaan, itu ibadahnya budak.
3. Dan ada sekelompok hamba yang beribadah karena “cinta” kepada Allah, itulah ibadahnya orang mukmin.
Ibnu Sirrin berkata, “Jika aku harus memilih antara surga dan shalat dua raka'at, aku memilih shalat dua raka'at. Karena dalam dua raka'at ada ridha-Nya Allah, taqarrub kepada-Nya. Sedang dalam syurga yang ada hanya kesenangan nafsu dan kesenangan manusia".
Ibnu Athaillah juga berkata, “Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan balasan atau menuntut sesuatu dari pihak yang dicintainya”.
Bahkan, seorang pecinta akan berhias seindah mungkin dalam shalatnya, melebihi saat hendak bertemu dengan manusia.
Bukankah seringkali kita hanya berpenampilan seadanya ketika menemui Allah, tak seindah ketika hendak bertemu dengan manusia.
Bahkan, seorang pecinta kerap kali menangis dalam shalatnya. Kucuran airmata para pecinta merupakan bentuk ungkapan kebahagiaan, saat berjumpa dengan Allah dalam shalatnya.
Lalu, bagaimana dengan shalat kita?
Semoga bisa menjadi bahan muhasabah dan upaya dalam perbaikan shalat kita semua.
#MahabbahCinta
۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞