Sejarah Tegal tidak lepas kaitannya dengan Desa Kalisoka, sebuah desa yang terletak di barat laut Kantor Pemkab Tegal. Secara administratif, Kalisoka ikut dalam Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Di tempat inilah sejarah Tegal dimulai.
Setelah rombongan Ki Gede Sebayu hijrah dari Kerajaan Pajang menuju Purbalingga atau tempat keberadaan bapak dari Ki Gede Sebayu, Pangeran On-Dje. Namun sesampainya di sana, ternyata bapak Ki Gede Sebayu sudah lama meninggal, sehingga rombongan melanjutkan perjalanan ke utara. Hingga sampai di Tegal.
Ki Gede Sebayu membagi rombongan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan keahliannya. Salah satunya rombongan ditempatkan di Kalisoka. Sebelum Ki Gede Sebayu datang, memang sudah ada desa tersebut. Di tempat inilah Ki Gede Sebayu bersama keluarganya tinggal dan membangun pondok pesantren dan masjid yang kini dinamakan sebagai Masjid Kewalian Kalisoka.
Konon, dari pembangunan masjid itulah awal mula berdirinya Slawi. Diambil dari jumlah pendekar yang berusaha mengambil kayu jati yang akan digunakan sebagai saka masjid. Di depan masjid (sebelah timur) terdapat sebuah sungai yang cukup lebar dan posisinya tepat di sisi masjid, di sebrang masjid tersebut kabarnya merupakan lokasi Kraton Kalisoka. Namun sayangnya hingga sekarang tidak diketemukan bekas-bekas kratonnya maupun cerita mengapa kraton tersebut tidak ada bekasnya sama sekali. Yang ada kini hanyalah sawah-sawah warga.
Pada masa kepemimpinan Tumenggung Tegal / Pangeran Purbaya pusat pemerintahan Tegal berpindah ke Kraton Kaloran yang kini menjadi SMKK. Setelah pusat pemerintahan berpindah ke Kraton Kaloran, berpindah lagi ke Balaikota Lama (DPRD Kota Tegal) dan karena politik pada saat itu, Tegal menjadi dua. Sehingga, pusat peerintahan Kabupaten Tegal pindah kembali ke kantor Pemkab Tegal sekarang. Sedangkan Pemkot Tegal menempati Balaikota Tegal yang sekarang.
Terlepas dari sejarah zaman dahulu, banyak peninggalan-peninggalan penting yang hingga kini masih berdiri dengan baik, sebut saja Masjid Kewalian Kalisoka, Komplek Makam Mbah Purbaya yang ada di belakang masjid, komplek Makam Anggawana, dan tempat khalwat.
Yang cukup menarik untuk ditelisik lagi adalah Masjid Kewalian atau penduduk menyebutnya Masjid Wali atau Masjid Kalisoka. Masjid ini masih terjaga dengan baik, meskipun ada beberapa bagian yang direnovasi. Di pelataran masjid terdapat jam matahari yang dulu digunakan untuk menentukan waktu sholat. Hingga kini jam tersebut masih ada, meskipn sudah tidak digunakan lagi.
Menara masjid menjulang tinggi. Di bagian dalam terdapat mimbar yang bentuknya masih tradisional, tampak kelambu hijau yang menutupi mimbar tersebut. Pintu dan jendela masih menggunakan kayu jati yang sangat awet. Atap masjid tidak terlalu tinggi, mekipun begitu, masjid ini memiliki lantai bawah tanah yang lantai tersebut dekat dengan bibir sungai. Untuk tempat wudhu sangat unik, kita tidak adakn menemukan kran air untuk wudhu, yang ada hanyalah kolam besar dengan beberapa gayung untuk mengambil air. Tempat wudhu tersebut hampir digunakan pada masjid-masjid model lama.
Di selatan masjid ini ada mata air yang tidak berhenti mengalir, warga menyebutnya dengan nama Tuk Dandang. Hingga sekarang pun warga masih menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Pemakaman Purbaya terdapat makam-makam orang penting dalam sejarah ada makam Pangeran Purbaya yang legendaris beserta keluarganya, ada juga makam keturunan Ki Gede Sebayu dan keturunanya. Makam ini sangat dihormati oleh warga sekitar. Sehingga apabila kita hendak masuk ke dalam kompleks makam, alas kaki harus dilepas.
Makam Hanggawana posisinya tidak terlalu jauh dengan Masjid Kalisoka ini. Hanya berjarak sekitar 200 meter dan lokasinya berada di samping jalan raya. Di samping makam juga terdapat Masjid Kasepuhan Ki Ageng Anggawana. Masjid ini merupakan masjid baru.
Pemkab Tegal beserta organisasi masyarakat sudah lama sekali membangun Kalisoka sebagai kawasan reiligi, namun baru tahun-tahun ini rencana tersebut mulai sedikit demi sedikit terlaksana, yaitu dengan adanya ziarah makam Kalisoka pada saat hari jadi Kabupaten Tegal.
Setelah rombongan Ki Gede Sebayu hijrah dari Kerajaan Pajang menuju Purbalingga atau tempat keberadaan bapak dari Ki Gede Sebayu, Pangeran On-Dje. Namun sesampainya di sana, ternyata bapak Ki Gede Sebayu sudah lama meninggal, sehingga rombongan melanjutkan perjalanan ke utara. Hingga sampai di Tegal.
Ki Gede Sebayu membagi rombongan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan keahliannya. Salah satunya rombongan ditempatkan di Kalisoka. Sebelum Ki Gede Sebayu datang, memang sudah ada desa tersebut. Di tempat inilah Ki Gede Sebayu bersama keluarganya tinggal dan membangun pondok pesantren dan masjid yang kini dinamakan sebagai Masjid Kewalian Kalisoka.
Konon, dari pembangunan masjid itulah awal mula berdirinya Slawi. Diambil dari jumlah pendekar yang berusaha mengambil kayu jati yang akan digunakan sebagai saka masjid. Di depan masjid (sebelah timur) terdapat sebuah sungai yang cukup lebar dan posisinya tepat di sisi masjid, di sebrang masjid tersebut kabarnya merupakan lokasi Kraton Kalisoka. Namun sayangnya hingga sekarang tidak diketemukan bekas-bekas kratonnya maupun cerita mengapa kraton tersebut tidak ada bekasnya sama sekali. Yang ada kini hanyalah sawah-sawah warga.
Pada masa kepemimpinan Tumenggung Tegal / Pangeran Purbaya pusat pemerintahan Tegal berpindah ke Kraton Kaloran yang kini menjadi SMKK. Setelah pusat pemerintahan berpindah ke Kraton Kaloran, berpindah lagi ke Balaikota Lama (DPRD Kota Tegal) dan karena politik pada saat itu, Tegal menjadi dua. Sehingga, pusat peerintahan Kabupaten Tegal pindah kembali ke kantor Pemkab Tegal sekarang. Sedangkan Pemkot Tegal menempati Balaikota Tegal yang sekarang.
Baca juga : Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia
|
Terlepas dari sejarah zaman dahulu, banyak peninggalan-peninggalan penting yang hingga kini masih berdiri dengan baik, sebut saja Masjid Kewalian Kalisoka, Komplek Makam Mbah Purbaya yang ada di belakang masjid, komplek Makam Anggawana, dan tempat khalwat.
Yang cukup menarik untuk ditelisik lagi adalah Masjid Kewalian atau penduduk menyebutnya Masjid Wali atau Masjid Kalisoka. Masjid ini masih terjaga dengan baik, meskipun ada beberapa bagian yang direnovasi. Di pelataran masjid terdapat jam matahari yang dulu digunakan untuk menentukan waktu sholat. Hingga kini jam tersebut masih ada, meskipn sudah tidak digunakan lagi.
Menara masjid menjulang tinggi. Di bagian dalam terdapat mimbar yang bentuknya masih tradisional, tampak kelambu hijau yang menutupi mimbar tersebut. Pintu dan jendela masih menggunakan kayu jati yang sangat awet. Atap masjid tidak terlalu tinggi, mekipun begitu, masjid ini memiliki lantai bawah tanah yang lantai tersebut dekat dengan bibir sungai. Untuk tempat wudhu sangat unik, kita tidak adakn menemukan kran air untuk wudhu, yang ada hanyalah kolam besar dengan beberapa gayung untuk mengambil air. Tempat wudhu tersebut hampir digunakan pada masjid-masjid model lama.
Di selatan masjid ini ada mata air yang tidak berhenti mengalir, warga menyebutnya dengan nama Tuk Dandang. Hingga sekarang pun warga masih menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Foto situsbudaya.id
Pemakaman Purbaya terdapat makam-makam orang penting dalam sejarah ada makam Pangeran Purbaya yang legendaris beserta keluarganya, ada juga makam keturunan Ki Gede Sebayu dan keturunanya. Makam ini sangat dihormati oleh warga sekitar. Sehingga apabila kita hendak masuk ke dalam kompleks makam, alas kaki harus dilepas.
Baca juga : Wisata Ziarah Tegal
|
Makam Hanggawana posisinya tidak terlalu jauh dengan Masjid Kalisoka ini. Hanya berjarak sekitar 200 meter dan lokasinya berada di samping jalan raya. Di samping makam juga terdapat Masjid Kasepuhan Ki Ageng Anggawana. Masjid ini merupakan masjid baru.
Pemkab Tegal beserta organisasi masyarakat sudah lama sekali membangun Kalisoka sebagai kawasan reiligi, namun baru tahun-tahun ini rencana tersebut mulai sedikit demi sedikit terlaksana, yaitu dengan adanya ziarah makam Kalisoka pada saat hari jadi Kabupaten Tegal.
Sumber : wisatategal