Masjid ini memiliki denah berbentuk bujur sangkar, mengecil ke atas, berukuran 8,7 x 8,7 meter. Seperti halnya bangunan Joglo Jawa, konstruksi yang menopang bangunan berupa empat soko guru terbuat dari kayu nangka berbentuk silinder setinggi 5,5 meter. Tiang-tiang tersebut menopang atap puncak yang berbentuk tajug. Besar dan kemiringan atap yang tajam ini lebih bercorak Bali.
Masjid Kuno Bayan Beleq ini acapkali disebut juga dengan masjid makam, karena di sekeliling area masjid ini ditemukan makam. Terdapat enam makam di area tersebut, yaitu makam Plawangan, makam Karangsalah, makam Anyar, makam Reak, makam Titis Mas Penghulu, dan makam Sesait. Makam Plawangan terletak di sebelah selatan masjid. Makam Karangsalah terletak di sebelah timur laut masjid. Makam Anyar terletak di sebelah barat laut masjid. Makam Titis Mas Penghulu terletak di sebelah utara masjid, sedangkan makam Sesait berada di sebelah utara masjid. Makam tersebut disinyalir merupakan makam tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok. Makam tersebut didominasi bahan dasar bedek (dinding yang terbuat dari bambu).
Baca juga : Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia
|
Masjid Kuno Bayan Beleq merupakan bangunan tunggal dengan corak arsitektur Lombok ditandai dengan rendahnya dinding dan pintu masuk, kurang lebih 1,5 meter. Pintu dan mihrab ukurannya sama sehingga memberikan kesan simetri. Mihrab dinding sisi barat yang sangat rendah terbuat dari papan kayu suren yang berjumlah 18 bilah. Perbedaan tinggi dinding ini bermakna simbolis, bahwa tempat kedudukan iman tidaklah sama dengan makmum.
Masjid ini berpintu satu, seperti rumah Sasak pada umumnya. Seperti halnya masjid Jawa, masjid ini dilengkapi bedug yang digantungkan ke rangka utama bangunan. Mimbar masjidnya dibuat dari kayu dengan ornamen burung lambang kemakmuran. Seluruh dinding masjid ini terbuat dari anyaman bambu. Sementara itu, fondasi lantainya terbuat dari batu kali, sedangkan lantai masjid terbuat dari tanah liat yang telah ditutupi tikar buluh.
Meskipun masjid ini sangat sederhana dan berbahan utama dari bambu, akan tetapi bernilai sejarah dan arsitektural yang tinggi. Kini masjid ini tidak digunakan lagi untuk ibadah setiap hari. Masjid ini hanya digunakan pada hari-hari besar atau hari-hari keagamaan tertentu saja, dan tidak semua orang Islam di sana melakukan salat. Yang melakukan salat di sana hanyalah para Kyai, mulai dari Kyai Ketip (Khatib), Kyai Lebe, Kyai Penghulu, Kyai Modin, Kyai Raden, dan Kyai Santri.
Sesuai dengan papan yang berada di lingkungan masjid ini, dapat diketahui bahwa Masjid Kuno Bayan Beleq merupakan situs cagar budaya yang dilindungi dengan UU tentang Cagar Budaya.