Foto ws.tap-tap.info
Masjid Sekayu ini dibangun dalam rangkaian proses pembangunan Masjid Agung Demak. Tempat ibadah ini dibangun oleh seorang ulama asal Cirebon, Kyai Kamal, yang merupakan tokoh agama kepercayaan Sunan Gunung Jati. Bahan baku pembangunan masjid Demak yakni kayu, disuplai oleh Kiai Kamal asal Cirebon. Setelah datang di Semarang, dia lalu mendatangkan kayu-kayu jati unggulan (jati wungu) dari daerah Surakarta, Wonogiri, dan Ungaran melalui perjalanan darat ke Sekayu (dulu disebut Pekayu). Dari Sekayu, kayu-kayu tersebut kemudian dikirim ke Demak melalui Kali Semarang. Kala itu di dekat masjid ini masih mengalir Kali Semarang. Seiring dengan perkembangan waktu, kampung penampungan kayu itu akhirnya berubah menjadi sebuah daerah yang kemudian diberi nama Sekayu. Sekayu sendiri merupakan kepanjangan dari sentra atau pusat kayu.
Saat ini bangunan masjid banyak mengalami perubahan karena renovasi. Namun beberapa masih di pertahankan seperti 4 pilar di tengah masjid dan menara yang berada di luar. Bangunan seperti tembok, atap genteng, bangunan tambahan di bagian depan dan bangunan lainnya merupakan hasil renovasi pada tahun 1955. Padahal bentuk asli dinding masjid terbuat dari gebyok kayu, atap dari semacam rumbia, bagian depan masjid berupa kolah (bak besar) untuk wudu. Sekarang dinding luar yang membatasi masjid telah diganti dengan dinding bata yang sudah disemen halus dengan struktur beton bertulang. Lantai bangunan pun diangkat, sedangkan pintu masuk ke masjid menjadi bertrap.
Masjid Sekayu ini sekilas mirip Masjid Demak dengan empat soko tatal dan bentuk atap tumpang tiga, juga mengunakan akulturasi arsitektur dari Hindu-Islam. Masjid ini sedikit besar dari Masjid Menara Layur namun jauh lebih kecil dari Masjid Agung Kauman.
Mesjid ini memiliki luas bangunan sekitar 174 meter persegi, yang dibangun di atas tanah seluas 349 meter persegi. Kubah atau mustoko masjid ini dibuat dengan ciri khas Jawa. Bentuk bangunan masjid ini beberapa kali mengalami perubahan sesuai arsitektur masa kini. Sampai sekarang, Masjid Sekayu sudah mengalami renovasi setidaknya enam kali. Namun, kubah maupun empat tiang pancang dari kayu jati yang menjadi ciri khas bangunan masjid, masih tetap dipertahankan dan dilestarikan. Kubah maupun tiang pancang ini tidak mengalami perubahan sejak pembuatan awal masjid.
Tiang pancang atau penyangga inti masjid sebenarnya berbentuk balok kayu jati. Untuk menghindari adanya kerusakan pada ukiran kayu jati, maka tiang penyangga inti selanjutnya dibungkus sisiran kayu tipis. Sehingga saat ini yang tampak dari luar adalah tiang bulat. Konon, keempat tiang tersebut hadiah dari Raja Bintoro Demak, Raden Patah, sebagai balas jasa pengabdian para ulama pendiri Masjid Sekayu yang pernah ikut serta membangun Masjid Demak. Konon Masjid Sekayu dibuat tujuh tahun sebelum berdirinya Masjid Demak.
Pintu masuk masjid ini berupa pintu tunggal dengan trap dibawahnya. Pintu berpanel kayu dengan dua jendela kayu yang mengapit pintu masuk. Pada sisi lain dinding terdapat lubang angin dengan lubang-lubang yang membentuk motif bunga dari batu, ada kemungkinan lubang angin ini merupakan tambahan yang dibuat bersamaan dengan pemugaran dinding luar bangunan masjid.
Saat ini bangunan masjid banyak mengalami perubahan karena renovasi. Namun beberapa masih di pertahankan seperti 4 pilar di tengah masjid dan menara yang berada di luar. Bangunan seperti tembok, atap genteng, bangunan tambahan di bagian depan dan bangunan lainnya merupakan hasil renovasi pada tahun 1955. Padahal bentuk asli dinding masjid terbuat dari gebyok kayu, atap dari semacam rumbia, bagian depan masjid berupa kolah (bak besar) untuk wudu. Sekarang dinding luar yang membatasi masjid telah diganti dengan dinding bata yang sudah disemen halus dengan struktur beton bertulang. Lantai bangunan pun diangkat, sedangkan pintu masuk ke masjid menjadi bertrap.
Masjid Sekayu ini sekilas mirip Masjid Demak dengan empat soko tatal dan bentuk atap tumpang tiga, juga mengunakan akulturasi arsitektur dari Hindu-Islam. Masjid ini sedikit besar dari Masjid Menara Layur namun jauh lebih kecil dari Masjid Agung Kauman.
Baca juga : Tiga Masjid Tertua Di Semarang
|
Mesjid ini memiliki luas bangunan sekitar 174 meter persegi, yang dibangun di atas tanah seluas 349 meter persegi. Kubah atau mustoko masjid ini dibuat dengan ciri khas Jawa. Bentuk bangunan masjid ini beberapa kali mengalami perubahan sesuai arsitektur masa kini. Sampai sekarang, Masjid Sekayu sudah mengalami renovasi setidaknya enam kali. Namun, kubah maupun empat tiang pancang dari kayu jati yang menjadi ciri khas bangunan masjid, masih tetap dipertahankan dan dilestarikan. Kubah maupun tiang pancang ini tidak mengalami perubahan sejak pembuatan awal masjid.
Tiang pancang atau penyangga inti masjid sebenarnya berbentuk balok kayu jati. Untuk menghindari adanya kerusakan pada ukiran kayu jati, maka tiang penyangga inti selanjutnya dibungkus sisiran kayu tipis. Sehingga saat ini yang tampak dari luar adalah tiang bulat. Konon, keempat tiang tersebut hadiah dari Raja Bintoro Demak, Raden Patah, sebagai balas jasa pengabdian para ulama pendiri Masjid Sekayu yang pernah ikut serta membangun Masjid Demak. Konon Masjid Sekayu dibuat tujuh tahun sebelum berdirinya Masjid Demak.
Pintu masuk masjid ini berupa pintu tunggal dengan trap dibawahnya. Pintu berpanel kayu dengan dua jendela kayu yang mengapit pintu masuk. Pada sisi lain dinding terdapat lubang angin dengan lubang-lubang yang membentuk motif bunga dari batu, ada kemungkinan lubang angin ini merupakan tambahan yang dibuat bersamaan dengan pemugaran dinding luar bangunan masjid.
Baca juga : Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia
|
Meski berada di tengah kota untuk menuju Masjid Sekayu bisa dibilang agak sulit karena akses jalan yang kecil. Kawasan Jalan Pemuda Semarang menuju Mall Paragon tepatnya sebelah barat Mall Paragon, terdapat jalan kecil yang bernama jalan Sekayu. Silakan masuk dan sekitar 200 meter akan ditemukan masjid Sekayu. Masjid ini agak masuk ke dalam gang, yang berada di sebelah kanan. Untuk masuk ke masjid maka akan melewati jalan Masjid Sekayu dan nampaklah menara yang berdiri megah dan tinggi. Masjid ini memang tidak terlalu tampak jelas dari pinggir jalan, karena tertutup oleh banyaknya rumah dan pepohonan yang rindang. Akses jalann menuju lokasi tak dapat dilewati mobil. Sebab berada di kawasan padat penduduk dengan jalan selebar kurang lebih dua meter.
Sumber : situsbudaya