Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candrasengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shafar.
Arsitektur masjid ini sangat kental dengan nuansa Jawa. Masjid ini memiliki lima buah pintu yang bermakna Rukun Islam yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sementara Rukun Iman tercermin dari jendela masjid yang berjumlah enam.
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama penyangga masjid yang bersusun tiga. Tinggi dari keempat tiang ini ialah 1630 cm. Formasi dari keempat tiang ini dipancangkan sesuai terhadap penjuru mata angin. Keempat tiang ini yang disebut saka guru adalah buatan para wali. Yaitu Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Nama empat wali itu masih ditempelkan pada empat tiang tersebut.
Tiang utama itu berbahan kayu jati. Konon Sunan Kalijaga membuat tiang itu menggunakan tatalan kayu (serpihan) yang kemudian diikat dan dirangkai hingga membentuk tiang besar panjang, sama dengan tiang-tiang wali lainnya sehingga dinamai saka tatal. Hingga kini tiang buatan Sunan Kalijaga itu masih tetap awet lestari sesuai fungsinya sebagai penyangga utama masjid, bersama tiga tiang utama lainnya.
Baca juga : Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia
|
Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Tak ada kubah, bagian atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung candrasengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H.
Menara yang digunakan untuk adzan baru dibangun pada abad 20 M yang merupakan tuntutan dari modernisasi. Berdirinya menara ini diprakarsai oleh sebagian tokoh ulama seperti, KH. Abdurrahman, R. Danoewijoto, H. Moechsin, H. Moh Taslim serta H. Aboebakar.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama Kesultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995.
Menara yang digunakan untuk adzan baru dibangun pada abad 20 M yang merupakan tuntutan dari modernisasi. Berdirinya menara ini diprakarsai oleh sebagian tokoh ulama seperti, KH. Abdurrahman, R. Danoewijoto, H. Moechsin, H. Moh Taslim serta H. Aboebakar.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama Kesultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995.