19. Kisah-kisah Nyata
- Imam asy-Syafi'i adalah seorang yang sangat beradab di hadapan gurunya yaitu Imam Malik, semoga Allah merahmati keduanya. Beliau berkata, “Aku membuka kertas di hadapan Imam Malik dengan perlahan-lahan karena aku segan kepadanya supaya beliau tidak mendengar bunyinya.”
- Ar-Rabi’ bin Sulaiman adalah seorang yang sangat mengagungkan gurunya, yaitu Imam asy-Syafi'i. Ia berkata, “Demi Allah aku tidak berani minum air sementara Imam asy-Syafi'i melihat kepadaku, karena aku segan kepadanya.” Gurunya sangat mencintainya dan berkata kepadanya, “Hai Rabi’, seandainya aku mampu memberimu makanan ilmu, tentulah aku memberikannya kepadamu.”
- Harun ar-Rasyid menyerahkan kedua anaknya, yaitu Al-Amin dan Al-Makmun pada seorang guru yang sangat pandai bernama Al-Kisa’iy. Pada suatu hari sang guru berdiri untuk keluar dari tempat mereka. Maka kedua anak itu berlomba-lomba untuk mengambilkan kedua sandalnya dan saling bergegas untuk memberikannya kepada guru mereka kemudian keduanya bersepakat untuk memberikan sandal itu, masing-masing sebuah sandal. Ar-Rasyid mendengar hal itu, lalu menyuruhnya datang. Kemudian ia berkata kepadanya, “Siapa orang yang paling mulia?” Al-Kisaaiy menjawab, “Amirul Mukminin”. Ar-Rasyid berkata, “Tidak, orang yang paling mulia adalah orang yang anak-anak Amirul Mukminin berlomba untuk mengambilkan sandalnya.” Sang guru risi dan kurang enak dan mengira (tak enak) ia bersalah serta ingin melarang mereka melakukannya sekali lagi. Maka Ar-Rasyid berkata, “Adaikata anda melarang mereka, tentu aku akan menegurmu dengan keras. Kedua anak itu tidak melakukan sesuatu yang menjatuhkan derajat mereka. Bahkan hal itu menambah kemuliaan mereka. Aku telah memberi imbalan kepada mereka 20 ribu dinar atas sopan santun mereka, dan bagimu 10 ribu dirham atas pendidikanmu yang baik terhadap mereka.”
- Diceritakan bahwa Harun ar-Rasyid mngirim salah seorang putranya kepada Al-Ashamaiy agar ia mengajarinya ilmu dan adab. Pada suatu hari ia melihatnya berwudhu dan mencuci kakinya sementara putra khalifah menuangkan air di atas kakinya maka ia menegur Al-Ashamiy atas hal itu dengan perkataan, “Sesungguhnya aku mengirimnya kepadamu agar supaya engkau mengajari dan mendidiknya. Mengapa anda tidak menyuruhnya menuangkan air dengan tangannya yang satu dan mencuci kakimu dengan tangannya yang lain?”
20. Apa Kewajibanmu Terhadap Teman-temanmu?
Engkau wajib memperhatikan sopan santun persahabatan terhadap murid-murid yang belajar bersamamu di sekolah yang sama, terutama murid-murid sekelasmu, karena ikatan pengajaran yang menyatukan antara kamu dan mereka. Maka mereka mempunyai hak-hak yang melebihi hak-hak orang lain diantara teman-temanmu yang lain. Maka laksanakanlah sopan santun yang berikut ini :
1. Hendaklah engkau hormati mereka yang lebih tua darimu dan sayangi mereka yang lebih muda darimu. Engkau bekerja sama dengan mereka dalam memelihara peraturan dan ketenangan serta waktu belajar atau pada waktu istirahat dan untuk menyenangkan guru-guru sedapat mungkin. Hal itu dilakukan dengan menunaikan kewajiban-kewajiban seperti menghafal pelajaran dan giat dalam menuntut ilmu, menyediakan kitab-kitab buku tulis serta alat-alat belajar dan memelihara keselamatan dari kerusakan dan kebersihan dari kotoran, serta hadir dengan teratur setiap hari sekolah sebelum waktu pelajaran. Hendaklah engkau atau salah seorang temanmu bisa menggantikan guru yang tidak hadir bilamana hal itu memungkinkan, agar supaya pelajarannya tidak berhenti dan tidak terjadi kekacauan di dalam kelas. Tentu saja gurumu sangat gembira karena engkau memelihara peraturan.
2. Termasuk sopan santun pula adalah bila engkau menyukai kebaikan bagi teman-temanmu sebagaimana engkau menyukai bagi dirimu. Sebagaimana dalam hadits : “Tidaklah seorang dari kamu beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Hendaklah engkau berlapang dada dengan mereka dalam semua urusan dan memperlakukan mereka dengan ramah dan senyum. Engkau bantu mereka memperoleh kebutuhan mereka dan hindari hal-hal yang dapat menimbulkan pertengkaran dan kebencian. Maka jangan kikir terhadap mereka apabila mereka meminjam sesuatu darimu. Jangan pula bersikap sombong terhadap mereka atau mendengki mereka atau berdusta terhadap mereka ataupun mengadu domba di antara mereka. Jangan menyempitkan mereka di tempat-tempat duduk mereka atau merusak alat-alat tempat duduk mereka atau menyembunyikan sebagiannya atau berburuk sangka kepada mereka ataupun mendebat mereka tanpa sopan santun atau sering bergurau dengan mereka bukan pada waktunya. Karena hal itu menyebabkan permusuhan dan kedengkian.
3. Hendaklah engkau do'akan mereka pada waktu mereka tidak hadir. Dalam hadits : “Do'a seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Di dekat kepalanya berada malaikat yang bertugas. Setiap kali ia mendo'akan kebaikan bagi saudaranya , barkatalah malaikat yang ditugasi itu: amin, bagimu seperti itu:”. Hendaklah engkau menerima maaf mereka, apabila mereka minta maaf kepadamu atas kesalahan mereka. Dan mendamaikan mereka bilamana terjadi perselisihan di antara mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, maka itu damaikalah antara kedua saudaramu” (Al-Hujarat : 10). Hendaklah engkau berlomba dengan teman-temanmu untuk menghafal pelajaran dan memahami masalah-masalah demi mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : “Dan untuk yang demikian hendaknya orang berlomba-lomba” (Al-Muthaffifiin : 26). Hendaklah engkau membantu orang-orang yang lemah dari mereka untuk belajar dan tidak membanggakan diri terhadap mereka, karena hafal pelajaran dan cepat mengerti. Hendaklah engkau mengadakan pembahasan ilmiah pada waktu luang (senggang), karena hal itu mengembirakan hati gurumu. Termasuk sopan santun pula adalah bila ada kerumitan pada salah seorang temanmu tentang suatu masalah, lalu ia bertanya kepada guru tentang hal itu, maka janganlah engkau marah kepadanya atau mengejeknya, tetapi engkau dengarkan jawaban guru agar bertambah pengertianmu tentang masalah itu dan temanmu gembira terhadapmu.
4. Apabila engkau laksanakan sopan santun ini terhadap teman-temanmu, maka tidaklah diragukan bahwa mereka akan menghormati dan mencintaimu serta berusaha membelamu dan menghindarkan bahaya darimu serta menganggapmu benar-benar teman yang setia bagi mereka. Mereka senang berteman denganmu dan engkaupun senang berteman dengan mereka. Sebaliknya apabila engkau tinggalkan sopan santun ini, maka mereka menjadi musuhmu dan tidak suka berjumpa denganmu. Maka engkaupun menjadi sendirian dan kesepian seperti burung yang patah sayapnya.
5. Wahai murid yang beradab! Apabila engkau mendapati seorang murid yang nakal di antara teman-temanmu, suka membangkang terhadap guru-gurunya dan tidak menunaikan kewajibannya, maka hendaklah engkau menjauhi dari berteman dengannya agar tabiatnya yang jahat tidak menular kepadamu. Benarlah ketika penyair berkata :
Sesungguhnya tabiat itu mencuri tabiat
Dan barangsiapa menemani orang jahat, ia pun tertular
6. Apabila engkau berhenti dari sekolah, maka termasuk hak persahabatan adalah jangan melupakan teman-temanmu, tetapi engkau pelihara masa-masa persahabatan dan hari-hari menjadi murid. Engkau khususkan mereka diantara para sahabatmu yang lain dengan penghormatan dan kebaikan yang melebihi lainnya. Demikianlah kesetiaan di antara sesama saudara
Kembali ke halaman utama >>