Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya
Home » Mutiara Hikmah » Menghidupkan Malam Hari Raya


Menghidupkan Malam Hari Raya

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn


Imam asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan dari Ibrahim bin Muhammad, ia pernah mengatakan bahwa Tsaur bin Yazid mengabarkan dari Khalid bin Ma’dan, dari Abu Ad-Darda’, ia berkata,


من قام ليلة العيد محتسبا لم يمت قلبه حين تموت القلوب
“Barangsiapa yang menegakkan (menghidupkan) malam hari raya dengan penuh keikhlasan, niscaya hatinya tidak akan pernah mati ketika semua hati mati”

Imam an-Nawawi rahimahullah didalam kitabnya, Al-Majmu, mengatakan, “Ashhab kami (ulama Syafi’iyah kami) berkata, dianjurkan menghidupkan malam dua hari raya dengan shalat atau amaliyah-amaliyah ketaatan yang lainnya, ulama kami berhujjah dengan hadits Abi Umamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika matinya semua hati”. Dan didalam riwayat Imam asy-Syafi’i serta Imam Ibnu Majah, “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua hari raya dengan penuh keikhlasan karena Allah, niscaya hatinya tidak akan mati ketika matinya semua hati”

Hal ini juga pernah disebutkan oleh Imam an-Nawawi didalam kitabnya yang lain, Al-Adzkar :

“Ketahuilah bahwa disunnahkan (dianjurkan) menghidupkan malam kedua hari raya dengan dzikir kepada Allah, shalat dan amaliyah lainnya berupa amaliyah-amaliyah keta’atan, berdasarkan hadits yang warid tentang hal tersebut, “barangsiapa menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan pernah mati pada matinya semua hati”. dan diriwayatkan juga “barangsiapa yang menegakkan malam-malam hari-raya karena Allah dengan penuh keikhlasan, hatinya tidak akan pernah mati ketika matinya semua hati”, seperti itu juga yang ada dalam riwayat Imam asy-Syafi’i dan Imam Ibnu Majah, dan itu adalah hadits dlaif yang kami meriwayatkannya dari riwayat Abi Umamah secara marfu’ juga mauquf, sedangkan perkataan keduanya adalah lemah, tetapi hadits-hadits fadlail ditolerir sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya diawal kitab ini”.

Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Fathul Qarib

ويكبر ندبا كل من ذكر وانثى وحاضر ومسافر فى المنازل والطرق والمساجد والاسواق من غروب ليلة العيد (اي عيد الفطر) الى ان يدخل الامام فى الصلاة

Disunnahkan membaca takbir bagi lagi-laki dan perempuan, di rumah maupun di perjalanan, di mana saja, di jalanan, di masjid juga di pasar-pasar mulai dari terbenarmnya matahari malam 'Idul Fitri hingga imam melakukan shalat 'Ied.

Abdurrahman al-Jaziriy di dalam Al-Fiqhu ‘ala Madzahibil Arba’ah mengatakan “Dianjurkan menghidupkan malam dua hari raya dengan keta’atan kepada Allah berupa dzikir, tilawah Al-Qur’an, dan semisal yang demikian, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang menghidupkan malam ‘Idul Fithri dan malam ‘Idul Adha dengan penuh keikhlasan, hatinya tidak akan mati ketika matinya semua hati”, diriwayatkan oleh Ath-Thabraniy. Dan sudah hasil (memperoleh fadhilah menghidupkan malam tersebut) dengan melakukan shalat ‘Isya dan shalat shubuh secara berjama’ah”.

Zainuddinn Zakariyya al-Anshariy dalam Asnal Mathalib mengatakan “Dan sudah hasil (telah memperoleh fadhilah) menghidupkan malam hari raya dengan mengagungkan malamnya, seperti halnya mabid di muzdalifah, dikatakan hanya dengan sesaat saja, sedangkan pendapat dari ‘Ibnu Umar ; dengan melakukan shalat ‘Isya berjama’ah dan bertekad melakukan shalat Shubuh berjama’ah ”

Syaikh Sulaiman bin Umar bin Mashur al-Jummal (w 1204 H) : “Disunnahkan (yustahabb) menghidupkan malam hari raya dengan ibadah, dan walaupun itu malam Jum’ah (sebab Jum’ah juga dianggap sebagai hari raya, penj), seperti melakukan shalat dan berbagai ibadah-ibadah lainnya, berdasarkan khabar {“Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati”}, adapun yang dimaksud dengan mautul quluub (matinya hati) adalah sangat tergila-gila dengan cinta dunia, pengertian ini diambil dari hadits, sabda Rasulullah {“Janganlah kalian masuk golongan orang-orang yang mati. Rasulullah ditanya, siapakah mereka wahai Rasulullah?. Rasulullah menjawab, al-Aghniyaa’ (orang-orang kaya)”}. Pendapat lain mengatakan, mautul quluub maksudnya adalah kekufuran, pengertian ini diambil dari firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa surah Al-An’am ayat 122 : {“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan”} yakni kafir kemudian diberi petunjuk. Pendapat lain juga mengatakan, mautul quluub artinya ketakutan (panik dan cemas) pada hari qiyamat, pengertian ini diambil dari hadits {Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan. Umma Salamah berkata, apakah laki-laki melihat aurat wanita dan sebaliknya. Nabi menjawab, sungguh pada hati itu sangat sibuk hingga tidak seorang laki-laki tidak mengetahui dirinya laki-laki, demikian juga wanita”}”. (Kitab Futuhal al-Wahab bi-taudlih syarh Minhaj ath-Thullab atau Hasyiyah al-Jummal)

Syamsuddin Muhammad bin Abul ‘Abbas ar-Ramli asy-Syafi’i (w 1004 H) berkata : “Disunnahkan menghidupkan malam-malam hari raya dengan ibadah kepada Allah, meskipun itu malam Jum’at, berupa melakukan shalat dan berbagai ibadah-ibadah lainnya, berdasarkan khabar {“barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati“}.” (Kitab Nihayatul Muhtaj ilaa Syarhi al-Minhaj)

Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khathib asy-Syabiniy asy-Syafi’i (w 977 H) : “Disunnahkan menghidupkan malam hari raya dengan ibadah seperti shalat dan ibadah-ibadah lainnya berdasarkan khabar “barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati”. Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthniy secara mauquf. Imam Nawawi berkomentar di dalam Al-Majmu, sanad-sanadnya dha'if alias lemah, bersamaan dengan hal tersebut ulama mensunnahkan tetap menghidupkan malam hari raya, sebab hadits dha'if tetap diamalkan didalam hal fadhail a’mal sebagaimana telah berulang-ulang diisyaratkan kebolehan hal ini, dan diambil dari hal tersebut sebagaimana perkataan Al-Adzra’iy ketiadaan penekanan anjuran (kesunnahan biasa, tidak sangat ditekankan, penj)”. (Kitab Mughniy al-Muhtaj ilaa Ma’rifati Ma’aniy Alfadh al-Minhaj)

Syaikhul Islam Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy (w 974 H) : “Dan disunnahkan menghidupkan dua malam hari raya yakni malam ‘Idul Fithri dan malam ‘Idul Adha dengan ibadah-ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an dan dzikir, berdasarkan riwayat yang warid dengan sanad-sanad yang dloif : “barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati”, dan sudah memperoleh fadhilah keutamaan menghidupkan malam hari raya dengan menghidupkan keagungan malamnya”. (Kitab Al-Minhajul Qawiim)

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali asy-Syafi’i (w 505 H) : “Kedua (disunnahkan) menghidupkan malam hari raya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati””. (Kitab Al-Wasith fil Madzhab)

Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhriy al-Ghumrawiy (w 1337 H) : “Dan disunnahkan menghidupkan malam dua hari raya dengan ibadah dan do’a di dalamnya, serta pada malam Jum’at, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban”. (Kitab As-Sirajul Wahaj)

Syaikh Sulaiman al-Bujairamiy al-Mishriy (w 1221 H) : “Dan disunnahkan (yundabu) menghidupkan dua malam hari raya dengan beribadah, dan sudah memperoleh fadhilah menghidupkan malam hari raya dengan menghidupkan keagungan malamnya” (Kitab Tuhfatul Habib ‘alaa Syarhi al-Khathib)

Syaikh Ahmad Salamah al-Qalyubiy : “Disunnahkan menghidupkan malam 2 hari raya dengan dzikir atau shalat, dan yang lebih utama adalah melakukan shaalt tasbih. Namun sudah cukup mengagungkan malam hari raya minimal melakukan shalat Isya’ berjama’ah dan disambung dengan shalat shubuh berjama’ah. Seperti itu juga pada malam nishfu Sya’ban, malam awal bulan Rajab dan malam Jum’at, sebab malam-malam tersebut merupakan tempat diijabahnya do’a”. (Kitab Hasyiyah al-Qalyubiy wa ‘Umairah)

Syaikh Hasan asy-Syurunbulaliy al-Mishriy al-Hanafi (w 1069 H) : “Disunnahkan menghidupkan malam dua hari raya yakni Al-Fithri dan Al-Adhaa, berdasarkan hadits “Barangsiapa menghidupkan malam hari raya, niscaya hatinya tetap hidup ketika matinya semua hati”, dan dianjurkan memperbanyak beristighfar dengan tulus dan juga Sayyidul Istighfar “…", dan berdo'a di malam tersebut adalah mustajab”. (Kitab Muraqiy al-Falah syarh Matni Nuril ‘Idlah)

Imam Ibnu ‘Abidin ad-Dimasyqiy (w 1252 H) : “(Perkataan mushannif “menghidupkan malam dua hari raya”) yang utama menggunakan kata “Lailata” dengan dibaca tatsniyah : yakni malam ‘Idul Fithri dan malam ‘Idul Adhaa”. (Kitab Raddul Mukhtar ‘alaa ad-Durril Mukhtar)

Syaikh Ibnu Nujaim al-Mishriy (w 970 H) : “Dan diantara perkara-perkara yang dianjurkan (disunnahkan) yaitu menghidupkan malam 10 terakhir Ramadhan dan malam dua hari raya, malam 10 Dzulhijjah, malam Nishfu Sya’ban”. (Kitab Al-Bahr ar-Raiq syarh Kanz ad-Daqaiq)

Muhammad bin Yusuf al-Gharnathiy al-Malikiy (w 897 H) : “Dianjurkan (nudiba) menghidupkan malam hari raya berdasarkan riwayat Abu Umamah “barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati”. (Kitab At-Taj wa al-‘Iklil li-Mukhtashar Khalil)

Syamsuddin al-Hathib ar-Ru’ayniy (w 954 H) : “Ibnu al-Furat berkata : aku menganjurkan menghidupkan malam hari raya dengan dzikir kepada Allah, shalat dan amaliyah keta’atan lainnya, berdasarkan hadits : “barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, hatinya tidak akan mati ketika saat matinya semua hati”. Diriwayatkan secara mauquf dan marfu’, dan dikomentari dha'if, akan tetapi hadits-hadits fadha’il ditorerir dalam hal tersebut”. (Kitab Mawahibul Jalil)

Syihabuddin an-Nafrawiy al-Azhariy (w 1126 H) : “Sesungguhnya disunnahkan menghidupkan malam hari raya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : barangsiapa menghidipkan malam hari raya dan malam Nishfu Sya’ban, hatinya tidak akan mati ketika matinya semua hati. Di dalam disebuah hadits lain : barangsiapa yang menghidupkan malam-malam yang empat, wajib baginya memperoleh surge. Yakni malam Jum’at, malam ‘Arafah, malam ‘Idul Fithri dan malam ‘Idun Nahr (Adhaa)”. (Kitab Al-Fawakihud Dawaniy).

Imam ash-Shawiy al-Malikiy (w 1241 H) : “Qauluhu: (dan dianjurkan menghidupkan malam hari raya) : yakni berdasrkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : barangsiapa menghidupkan malam hari raya dan malam nishfu Sya’ban, hatinya tidak akan mati ketika matinya semua hati”. (Kitab Hasyiyah ash-Shawiy ala asy-Syarhi ash-Shaghir)

Wallahu a'lam bish-shawab.


Lafadz Takbiran


اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd

"Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar Allah Baha Besar dan segala puji bagi Allah"


Bacaan Takbiran Terlengkap


اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ـ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ . اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..
Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil - hamd.

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.....
Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa,...
wasubhaanallaahi bukrataw - wa ashillaa.

Laa - ilaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu
Mukhlishiina lahuddiin
Walau karihal - kaafiruun
Walau karihal munafiqun
Walau karihal musyriku

Laa - ilaaha - illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, - wa - a'azza - jundah, wahazamal - ahzaaba wahdah.

Laa - ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil - hamd.


Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan Allah Maha Besar.
Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Allah Maha Besar dengan segala kebesaran,
Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya,

Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.
Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam meskipun orang kafir, munafiq dan musyrik membencinya.

Tiada Tuhan selain Allah dengan ke Esaan-Nya. Dia menepati janji, menolong hamba dan memuliakan bala tentara-Nya serta melarikan musuh dengan ke Esaan-Nya.
Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah.


Newer Post Older Post

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
Comments
Atom
Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse