Oleh: Gus M. Afifudin Dimyathi (Pengasuh pesantren tahfidzul Quran PP Hidayatul Qur'an Darul Ulum Rejoso, Jombang)
**
Yang lebih utama adalah kita membaca Al-Qur'an untuk memperbaiki perbuatan kita, bukan kita membaca Al-Qur'an untuk mencari pembenaran perbuatan kita.
Jika terasa sempit waktu kita, bacalah Al-Qur'an! Pasti waktu kita akan menjadi berkah dan lapang.
Segala sesuatu jika kita tinggalkan ia akan menjadi usang dan rusak, kecuali Al-Qur'an, jika kita tahannya, kitalah yang akan usang.
Jika kita membaca Al-Qur'an dan menginginkan petunjuknya yang lain, maka terlebih dahulu mereka dalam mengikuti petunjuknya.
Jika kita membaca Al-Qur'an, mari kita menjadikannya seolah-olah diturunkan untuk kita yang sedang membacanya.
Jika kita menemukan kalimat Al-Qur'an yang belum bisa dipahami, jangan memaksakan diri untuk memahaminya, karena kemampuan kita terbatas.
Ada satu syarat mutlaq dalam usaha memahami Al-Qur'an, yaitu menghilangkan kesombongan, karena hati yang sombong akan dipalingkan dari Al-Qur'an.
Tujuan penting Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk, maka, mari kita jadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk, bukan hanya sebagai bahan bacaan dan kebanggaan.
Saat kita membaca Al-Qur'an, janganlah kita melupakan hak-hak orang di sekililing kita. Tetaplah tanggap terhadap sekitar kita!
Jika kita sedang membaca Al-Qur'an, lalu salah satu orang tua kita mengajak bicara, maka hentikanlah bacaan Al-Qur'an, dengarkanlah beliau, pandanglah wajah beliau, dan tutuplah mushaf, sampai dia selesai dengan keperluannya, barulah kita bisa membaca Al-Qur'an kembali.
Jika kita sedang membaca Al-Qur'an, lalu ada tamu datang, maka hentikanlah bacaan Al-Qur'an, dan sambutlah tamu tersebut, karena ia dikirim oleh Yang Menurunkan Al-Qur'an.
Tuntutan yang selalu melekat pada seorang hafidz adalah senantiasa membaca Al-Qur'an setiap hari.
Menurut para ulama', hikmah Al-Qur'an terbagi menjadi 30 juz itu agar kita mudah menghatamkannya berbulan-bulan.
Jika kita selesai menghatamkan Al-Qur'an, baik bacaan maupun hafalan, sebisa mungkin kita hilangkan rasa Klaim, mari kita ganti dengan rasa syukur, karena tabrakan dan syukur sangat jauh berbeda.
Membaca ayat Al-Qur'an yang sama berulang-ulang akan memberi efek yang berbeda-beda dalam setiap kali bacaan, dan biasanya itu sangat menenangkan dan menentramkan.
Setelah hatam Al-Qur'an, janganlah kita melupakan doa untuk kebaikan umat dan pemimpinnya, karena itu anjuran para ulama'.
Jika kita membaca Al-Qur'an dan ingin merenungkan maknanya, maka sertakanlah kalbu, karena kalbu adalah perangkat utama dalam tadabbur Al-Qur'an.
Yang lebih utama adalah kita membaca Al-Qur'an untuk memperbaiki perbuatan kita, bukan kita membaca Al-Qur'an untuk mencari pembenaran perbuatan kita.
Guru yang mengajari kita Al-Qur'an pantas bersyukur setiap saat.
Kita tidak perlu mencocokkan angka setiap kejadian dengan angka dalam ayat dan surat Al-Qur'an, karena itu termasuk sewenang-wenang terhadap ayat.
Kita tidak perlu malu kata: "aku belum paham ayat ini", karena itu lebih aman dari pada kita menafsirkan ayat tersebut sembarangan.
Jika bacaan Al-Qur'an diibaratkan makanan, maka bacaan sholawat diibaratkan minuman, pas kita perlu.
Wallahu a'lam.
#AswajaChannel
**
Yang lebih utama adalah kita membaca Al-Qur'an untuk memperbaiki perbuatan kita, bukan kita membaca Al-Qur'an untuk mencari pembenaran perbuatan kita.
Jika terasa sempit waktu kita, bacalah Al-Qur'an! Pasti waktu kita akan menjadi berkah dan lapang.
Segala sesuatu jika kita tinggalkan ia akan menjadi usang dan rusak, kecuali Al-Qur'an, jika kita tahannya, kitalah yang akan usang.
Jika kita membaca Al-Qur'an dan menginginkan petunjuknya yang lain, maka terlebih dahulu mereka dalam mengikuti petunjuknya.
Jika kita membaca Al-Qur'an, mari kita menjadikannya seolah-olah diturunkan untuk kita yang sedang membacanya.
Jika kita menemukan kalimat Al-Qur'an yang belum bisa dipahami, jangan memaksakan diri untuk memahaminya, karena kemampuan kita terbatas.
Ada satu syarat mutlaq dalam usaha memahami Al-Qur'an, yaitu menghilangkan kesombongan, karena hati yang sombong akan dipalingkan dari Al-Qur'an.
Tujuan penting Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk, maka, mari kita jadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk, bukan hanya sebagai bahan bacaan dan kebanggaan.
Saat kita membaca Al-Qur'an, janganlah kita melupakan hak-hak orang di sekililing kita. Tetaplah tanggap terhadap sekitar kita!
Jika kita sedang membaca Al-Qur'an, lalu salah satu orang tua kita mengajak bicara, maka hentikanlah bacaan Al-Qur'an, dengarkanlah beliau, pandanglah wajah beliau, dan tutuplah mushaf, sampai dia selesai dengan keperluannya, barulah kita bisa membaca Al-Qur'an kembali.
Jika kita sedang membaca Al-Qur'an, lalu ada tamu datang, maka hentikanlah bacaan Al-Qur'an, dan sambutlah tamu tersebut, karena ia dikirim oleh Yang Menurunkan Al-Qur'an.
Tuntutan yang selalu melekat pada seorang hafidz adalah senantiasa membaca Al-Qur'an setiap hari.
Menurut para ulama', hikmah Al-Qur'an terbagi menjadi 30 juz itu agar kita mudah menghatamkannya berbulan-bulan.
Jika kita selesai menghatamkan Al-Qur'an, baik bacaan maupun hafalan, sebisa mungkin kita hilangkan rasa Klaim, mari kita ganti dengan rasa syukur, karena tabrakan dan syukur sangat jauh berbeda.
Membaca ayat Al-Qur'an yang sama berulang-ulang akan memberi efek yang berbeda-beda dalam setiap kali bacaan, dan biasanya itu sangat menenangkan dan menentramkan.
Setelah hatam Al-Qur'an, janganlah kita melupakan doa untuk kebaikan umat dan pemimpinnya, karena itu anjuran para ulama'.
Jika kita membaca Al-Qur'an dan ingin merenungkan maknanya, maka sertakanlah kalbu, karena kalbu adalah perangkat utama dalam tadabbur Al-Qur'an.
Yang lebih utama adalah kita membaca Al-Qur'an untuk memperbaiki perbuatan kita, bukan kita membaca Al-Qur'an untuk mencari pembenaran perbuatan kita.
Guru yang mengajari kita Al-Qur'an pantas bersyukur setiap saat.
Kita tidak perlu mencocokkan angka setiap kejadian dengan angka dalam ayat dan surat Al-Qur'an, karena itu termasuk sewenang-wenang terhadap ayat.
Kita tidak perlu malu kata: "aku belum paham ayat ini", karena itu lebih aman dari pada kita menafsirkan ayat tersebut sembarangan.
Jika bacaan Al-Qur'an diibaratkan makanan, maka bacaan sholawat diibaratkan minuman, pas kita perlu.
Wallahu a'lam.
#AswajaChannel