Suatu ketika Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu shalat di kebunnya. Tiba-tiba seekor burung terbang di antara
pepohonan. Burung itu terbang ke sana kemari. Lalu masuk ke dalam
rerimbunan daun yang lebat dan terjebak di sana.
Melihat hal ini perhatian Abu Thalhah terarah pada tingkah laku burung tersebut sehingga ia lupa jumlah raka'at yang telah ia lakukan. Ia sangat kesal atas hal ini. Ia sadar karena kebunnyalah ia menjadi lalai dalam shalatnya. Dan bagi Abu Thalhah itu merupakan musibah baginya.
Seusai shalat, ia langsung menjumpai Nabi Muhammad ﷺ untuk menyampaikan semua kejadian tersebut. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, kebunku ini telah menyebabkan saya lalai dalam shalat. Oleh karena itu saya sedekahkan kebun ini fi sabilillah. Gunakanlah sekehendakmu.”
Peristiwa semacam ini juga pernah terjadi pada masa Khalifah Ustman radhiyallahu 'anhu. Ketika seorang Anshar sedang shalat di kebun kurmanya, matanya terus memandang ke arah kurma yang sedang berbuah lebat. Hatinya senang karena panennya akan bagus. Perhatiannya kepada kurma tersebut menyebabkan ia lupa jumlah raka'at yang telah dilakukannya. Hatinya menjadi sedih. Ia sadar bahwa karena kebunnyalah ia ditimpa musibah dalam shalatnya.
Ia segera menemui Khalifah Utsman dan berkata, “Ya Amirul Mu’minin, saya infakkan kebun ini fi sabilillah. Gunakan sekehendakmu.” Kebun itu akhirnya dijual seharga 50 ribu dirham, dan hasilnya digunakan fi sabilillah. (Himpunan Fadhilah Amal : 70)
Sungguh luar biasa para sahabat menjaga kualitas shalat mereka. Hal ini dikarenakan kesadaran yang sempurna akan hakikat shalat. Begitu pentingnya shalat sehingga shalat disebutkan pada urutan kedua setelah iman.
Mari kita mengingat hadits Nabi ﷺ dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, “Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika baik shalatnya maka ia akan beruntung dan selamat. Dan jika buruk shalatnya maka ia akan merugi. Jika ditemui ada kekurangan pada shalat fardhunya maka Rabb (Allah Subhanahu wa Ta'ala) akan berkata (kepada malaikat), ”Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Maka kekurangan shalat fardhu akan disempurnakan dengan shalat-shalat sunnah. Kemudian amal-amal lainnya akan dihisab seperti itu." (HR. Tirmidzi)
Coba perhatikan shalat kita. Tidak terhitung berapa kali kita lupa raka'at dalam shalat. Alih-alih bersedih dengan “lupa raka'at” shalat, seringkali kita justru menunda shalat karena urusan dunia. Atau bahkan meninggalkan shalat. Astaghfirullahal ‘adzim. Kita merasa terlalu sibuk sehingga shalat kita terabaikan. Padahal shalatlah yang pertama kali akan dihitung pada hari kiamat.
[Madras Ribath]
Melihat hal ini perhatian Abu Thalhah terarah pada tingkah laku burung tersebut sehingga ia lupa jumlah raka'at yang telah ia lakukan. Ia sangat kesal atas hal ini. Ia sadar karena kebunnyalah ia menjadi lalai dalam shalatnya. Dan bagi Abu Thalhah itu merupakan musibah baginya.
Seusai shalat, ia langsung menjumpai Nabi Muhammad ﷺ untuk menyampaikan semua kejadian tersebut. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, kebunku ini telah menyebabkan saya lalai dalam shalat. Oleh karena itu saya sedekahkan kebun ini fi sabilillah. Gunakanlah sekehendakmu.”
Peristiwa semacam ini juga pernah terjadi pada masa Khalifah Ustman radhiyallahu 'anhu. Ketika seorang Anshar sedang shalat di kebun kurmanya, matanya terus memandang ke arah kurma yang sedang berbuah lebat. Hatinya senang karena panennya akan bagus. Perhatiannya kepada kurma tersebut menyebabkan ia lupa jumlah raka'at yang telah dilakukannya. Hatinya menjadi sedih. Ia sadar bahwa karena kebunnyalah ia ditimpa musibah dalam shalatnya.
Ia segera menemui Khalifah Utsman dan berkata, “Ya Amirul Mu’minin, saya infakkan kebun ini fi sabilillah. Gunakan sekehendakmu.” Kebun itu akhirnya dijual seharga 50 ribu dirham, dan hasilnya digunakan fi sabilillah. (Himpunan Fadhilah Amal : 70)
Sungguh luar biasa para sahabat menjaga kualitas shalat mereka. Hal ini dikarenakan kesadaran yang sempurna akan hakikat shalat. Begitu pentingnya shalat sehingga shalat disebutkan pada urutan kedua setelah iman.
Mari kita mengingat hadits Nabi ﷺ dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, “Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika baik shalatnya maka ia akan beruntung dan selamat. Dan jika buruk shalatnya maka ia akan merugi. Jika ditemui ada kekurangan pada shalat fardhunya maka Rabb (Allah Subhanahu wa Ta'ala) akan berkata (kepada malaikat), ”Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Maka kekurangan shalat fardhu akan disempurnakan dengan shalat-shalat sunnah. Kemudian amal-amal lainnya akan dihisab seperti itu." (HR. Tirmidzi)
Coba perhatikan shalat kita. Tidak terhitung berapa kali kita lupa raka'at dalam shalat. Alih-alih bersedih dengan “lupa raka'at” shalat, seringkali kita justru menunda shalat karena urusan dunia. Atau bahkan meninggalkan shalat. Astaghfirullahal ‘adzim. Kita merasa terlalu sibuk sehingga shalat kita terabaikan. Padahal shalatlah yang pertama kali akan dihitung pada hari kiamat.
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
[Madras Ribath]