Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya
Home » Mutiara Hikmah » MENGHARAP HUSNUL KHATIMAH


MENGHARAP HUSNUL KHATIMAH

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

ياذا الجلال والاكـــرام # امتْــنَا على دين الاسلام

Wahai Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Matikanlah kami dalam agama Islam

Tak seorang pun tahu ajalnya akan tiba

Sebagian dari Salafusshalih memikirkan dan membayangkan, seakan berada dalam pikiran tertentu dan dalam kesedihan hingga tidak sadarkan diri, dalam arti tidak merasakan lagi apa yang di depannya, siapa yang di sekitar mereka atau apa yang sedang mereka ucapkan. Ini berkaitan dengan akhlak dan sifat mulia Salafusshalih. Mereka sangat takut jika tiba-tiba dicabut nyawa mereka. Takut karena kemungkinan meninggal - naudzu billah - dalam keadaan su’ul khatimah dan hal itu selalu menghiasi pikiran mereka, rahimahumullah.

Imam al-Hassan al-Bashri, Sayyiduttabi’in, dalam kesehariannya selalu terlihat seakan sedang mendapat musibah. Orang di sekitar beliau selalu mendapatinya dalam kemurungan bagai seorang anak yang baru saja kehilangan sosok ibu yang sangat ia cinta. Apa yang tampak pada raut wajah beliau yang terlihat murung itu adalah karena ketakutan yang selalu ada dalam pikiran beliau, takut akan jatuh pada murka-Nya, takut akan melanggar perintah-Nya. Jangankan Imam al-Hassan al-Bashri yang seorang tabi’in, Rasulullah ﷺ yang telah mendapat jaminan ampunan dari Allah saja selalu merapalkan do'a, Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ala dinik, “Duhai dzat yang mengatur hati, tetapkanlah hatiku ini atas agamamu”. Sebuah permintaan untuk diberi ketetapan hati dalam Islam.

Para sahabat yang selalu memperhatikan setiap gerak Rasulullah ﷺ heran mendengar do'a yang seringkali dipanjatkan Nabi tersebut. Perasaan heran itu muncul dengan alasan, kenapa Rasulullah ﷺ masih memanjatkan do'a seperti tersebut tadi padahal beliau merupakan nabi terbaik bahkan makhluk paling mulia. Dengan kesempurnaan yang ia miliki, tidak serta-merta beliau menyikapi hidup dengan tenang. Besarnya kualitas taqwa, menjadikan beliau sebagai sosok yang benar-benar takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Para sahabat pun bertanya, kenapa engkau berdo'a seperti itu wahai Rasulullah? Maka Rasulullah ﷺ menjawab, “Apa yang membuatku merasa aman (untuk husnul khatimah)? Sesungguhnya hati seseorang berada dalam genggaman (kekuasaan) Allah. Allah yang mengatur sesuai kehendaknya. Jika ingin, akan menjadi Nasrani. Dan jika ingin akan menjadi Yahudi.”

Seorang waliyullah suatu malam bermimpi dan bertemu Rasulullah ﷺ. Dalam mimpinya, ia melihat Rasulullah dalam keadaan sedih. ia pun berkata, “Wahai Rasulullah, apakah gerangan yang membuatmu sedih?” Lalu Rasulullah menjawab, “Hari ini ribuan umatku mati dalam keadaaan murtad.” Mendengar hal itu maka waliyyullah itu takut dan gemetaran. Menyadari hal itu, Rasulullah berkata pada waliyyulah, “Maukah engkau ku ajari bacaan yang dapat membuat engkau meninggal dalam keadaan husnul khatimah tidak seperti mereka?”, ia menjawab : tentu saja wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah ﷺ berkata, “Katakan alhamdulillah almaujuud fi kulli zaman, alhamdulillah alma’bud fi kulli makan, alhamdulillah almadzkur fi kulli lisaan” hingga akhir wirid yang terkenal itu.

Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad di dalam Ratib beliau yang masyhur saja sampai mengulang bacaaan Ya Dzal Jalali wal Ikrom amitna 'ala dinil Islam sampai tujuh kali padahal mayoritas bacaaan wirid yang lain hanya dibaca tiga kali. Beliau berdo'a kepada Allah agar dimatikan kelak dalam keadaan Islam. Beliau sendiri kadang-kadang terlihat sedih dan kadang kadang terlihat takut bahkan sampai menangis. Ketika ditanya mengapa beliau menangis, beliau menjawab, “Aku teringat akan siksa kubur, aku teringat azab kubur.” Mereka menimpali pernyataan Habib Abdullah dan berkata, “Wahai Habib, engkau adalah waliyullah, engkau telah melakukan berbagai amal kebajikan.” Maka beliau menjawab, “Siapa yang dapat menjamin aku aman dari siksa kubur ketika aku di dalam kuburan? Siapakah di antara kalian yang dapat menjamin aku akan aman dari azab dan murka Allah.” Hal ini mengindikasikan bahwa sosok sekaliber beliau pun masih merasa takut luarbiasa terhadap siksa kubur dan azab Allah. Beliau tidak merasa aman kelak diambil oleh Allah dalam keadaan memeluk agama Islam.

Begitulah memang seharusnya perasaan yang dimiliki orang yang bertakwa kepada Allah. Semakin bertambah kualitas imannya kepada Allah maka akan bertambahlah takutnya kepada Allah. Orang yang begitu yakin bahwa dia adalah orang yang pasti masuk surga, yakin ia akan aman dari azab dan siksa kubur maka ia adalah orang yang paling berpeluang dicabut imannya. “Tidaklah merasa aman seseorang dengan imannya kecuali dikhawatirkan orang tersebut akan dicabut imannya”.Ingatlah, sesungguhnya Rasulullah ﷺ sudah mengingatkan dalam haditsnya, bahwa salah seorang dari kalian akan beramal dan berbuat kebaikan seperti ahli surga sehingga tinggal sejengkal saja jarak antara ia dan surga, akan tetapi ia melakukan perbuatan ahli neraka lalu sebab karena perbuatannya tersebut, ia masuk neraka.

Berkata Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, “Barangsiapa yang ketika umurnya telah sampai 40 tahun akan tetapi pikirannya masih terikat pada dunia dan kemaksiatan maka syaithan berkata orang ini tidak akan bahagia dan beruntung selamaya.”

Imam al-Hassan al-Bashri ketika mendengar hadits yang menerangkan bahwa orang terakhir yang akan keluar dari neraka adalah seorang dari Bani Juhainah yang keluar dari neraka setelah disiksa di sana selama seribu tahun, beliau berkata aku berharap akulah orang tersebut. Orang-orang berkata: mengapa engkau berkata sperti itu wahai imam? Maka beliau menjawab, “Bukankah ia pasti keluar dari neraka?”. Artinya bisa jadi kita ini masuk neraka dan tidak akan keluar lagi dari sana selama-lamanya. Kalau sudah begitu bukankah orang dari Bani Juhainah tersebut lebih baik dari kita. Ia mendapat jaminan dari Rasulullah pasti keluar dari neraka, sedangkan kita, siapa yang dapat menjamin kita akan keluar dan selamat dari siksa neraka?

Setiap mukmin yang meninggal dalam membawa iman walau seberat biji dzarrah pasti akan masuk surga, namun apakah ia langsung masuk surga ataukah akan mampir terlebih dahulu, hal itu tergantung pada amal yang dia lakukan selama hidup di dunia. Apabila selama hidup di dunia ia melakukan berbagai macam maksiat tetapi ketika meninggal ia membawa iman, maka ia akan masuk surga pada akhirnya, walaupun ia harus menjalani hukuman terlebih dahulu di neraka. Seperti halnya tas yang kotor, tas tersebut tidak mungkin akan langsung dimasukkan ke lemari penyimpanan akan tetapi akan dicuci terlebih dahulu. Begitu juga seorang mukmin, apabila ia meninggal dalam keadaaan beriman tetapi membawa beban dosa, maka ia akan dibersihkan dulu dari dosa-dosanya di neraka, setiap anggota tubuh yang melakukan maksiat akan dicuci dan dibersihkan sesuai dengan tingkatan dan macam siksa neraka yang telah disiapkan oleh Allah. Nas’alullah al-afwa wal afiyah wa husnal khatimah.

Wallahu a'lam bish-shawab.

(dikutip dari albashiroh.net)


Newer Post Older Post

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
Comments
Atom
Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse