Syeikh Malik adalah seorang ulama dan juga seorang da’i. Ia telah banyak meng-Islam-kan orang-orang. Ia selalu saja berusaha untuk mengenalkan agama Allah kepada orang-orang… Tapi pada suatu hari ia terkena penyakit kulit yang makin lama makin membesar dan mengganggu.
Maka ia pun berobat kepada dokter. Tapi sudah banyak dokter yang ia datangi tapi tak membuahkan hasil sama sekali. Penyakit kulitnya tak kunjung sembuh. Tapi karena Syeikh Malik adalah orang yang paham agama maka beliau selalu saja berprasangka baik kepada Allah…
“Pasti ada kebaikan dalam penyakit ini,” katanya.
Hingga suatu hari seorang muridnya membawa berita bahwa ada seorang pertapa yang mempunyai kelebihan dalam mengobati berbagai macam penyakit… Tapi hal ini mendapat tentangan dari orang-orang. Mereka berpendapat, “Mana mungkin seorang Ulama besar berobat kepada seorang pertapa yang merupakan adalah seorang Ateis (tidak percaya kewujudan Tuhan).”
Tapi Syeikh Malik berpendapat lain, “Saya akan ke sana dengan tujuan coba mengajaknya untuk memeluk Islam, karena dia adalah seorang yang tersesat,” katanya. “Kelebihan apa yang dimiliki oleh pertapa itu sehingga Allah memberinya kemampuan untuk mengobati orang-orang?” pikir Syeikh Malik.
Maka Syeikh Malik pun mendatangi Pertapa itu… Tapi sang Pertapa tidak mengetahui tentang Syeikh Malik. Rupanya tempat tinggal Pertapa ini jauh di dalam hutan, di tengah kesunyian hutan. Keadaan pertapa itu sangat sederhana.
Maka mulailah Syeikh Malik membicarakan tentang penyakitnya dan Pertapa itu meneliti penjelasan Syeikh Malik dengan sangat seksama. Pertapa itu kemudian memberikan beberapa ramuan-ramuan yang terdiri dari daun-daunan pepohonan, kerana telah menjelaskan tentang penyakitnya dan mendapatkan pengubatannya maka mulailah Syeikh Malik mencari tahu tentang Pertapa ini dengan tujuan adanya kemungkinan untuk mengajaknya kepada agama Allah.
“Apa yang kamu lakukan di tempat sunyi ini dan kenapa kamu tidak tinggal di kota saja?” tanya Syeikh Malik.
“Saya sangat selesa di sini… suasananya sangat tenang. Sehingga jiwa ini juga jadi tenang,” jawab si Pertapa. “Saya tak ingin merosak hati ini dengan noda-noda kehidupan,” lanjutnya. “Di sini kita hidup dengan santai tanpa harus terburu-buru… semuanya disediakan oleh Alam dan sangat murni,” ceritanya lagi.
“Tapi bukankah kamu dapat menjadi kaya kalau kamu tinggal di kawasan kota… kamu dapat menjadi Tabib?” tanya Syekh Malik lagi.
“Tapi saya tak inginkan itu, saya hanya ingin tenang,” jawab Sang Pertapa.
Setelah bercakap-cakap akhirnya Syeikh Malik kembali pulang dengan membawa resep obat dari Sang Pertapa. Ajaib dengan memakai resep dari Sang Pertapa penyakit kulit Syeikh Malik berangsur-angsur Allah sembuhkan.
Dengan kejadian ini maka Syeikh Malik berpikir di dalam hati, “Aneh… telah banyak para dokter yang kutemui tapi penyakit ini tak kunjung sembuh.” “Tapi mengapa dengan resep obat dari Pertapa ini Allah telah sembuhkan penyakit ini? Pasti ada sesuatu yang Allah simpan dalam peristiwa ini dan pasti itu baik,” pikir Syeikh Malik dalam renungannya
Maka Syeikh Malik bertekad untuk menemui Pertapa itu kembali.
“Wahai Tuan, resep Anda sangat manjur… Penyakit saya telah sembuh,” kata syeikh Malik ketika menemui Pertapa itu.
“Itu karena Alam,” katanya.
Maka Syeikh Malik mulai terlibat percakapan panjang lebar dengan Pertapa itu sambil mencoba mencari-cari cara untuk mengajak Pertapa itu menyembah Allah.
Hingga akhirnya Syeikh Malik betanya, “Apa amalan Anda sehingga Anda mendapatkan berkah ini, pandai mengubati segala macam penyakit?”
Sejenak Pertapa itu terdiam, lalu berkata, “Segala sesuatu yang ditolak oleh hatiku, maka pasti akan kulaksanakan.”
Mendengar hal itu Syeikh Malik terkejut, “Betulkah perkataanmu itu. wahai Tuan?”
“Ya, betul. Apa yang ditolak oleh hatiku maka pasti akan kulakukan.”
Sejenak Syeikh Malik terdiam sambil berpikir, “Amalan inilah yang menyebabkan Allah memberinya kemampuan ini.” “Mungkinkah kalau aku menawarinya menjadi seorang muslim hatinya pasti menolak?” pikir Syeikh Malik lagi
Spontan Syeikh Malik bertanya… “Maukah Anda menjadi seorang muslim?”
“Apa?" jawab Pertapa itu dengan terkejut.
“Maukah Anda menjadi seorang muslim?” tanya Syeikh Malik lagi tanpa ragu-ragu.
Sejenak Pertapa itu terdiam dan menatap Syeikh Malik.... lalu berkata, “Sebentar saya tanya hati ini dulu.”
Syeikh Malik menunggu dengan perasaan harap-harap cemas.
Lalu Pertapa itu berkata, “Ya, saya mau menjadi seorang muslim.”
“Betulkah, wahai Tuan?” sahut Syeikh Malik.
“Ya… Saya telah bertanya kepada hati ini ternyata ia menolak. Maka apabila hati ini menolak pasti saya mengikutinya,” kata Pertapa itu.
“Alhamdulillah…” jawab Syeikh Malik. “Rupanya inilah keinginan Allah sehingga penyakit saya tak sembuh-sembuh dan mengirim saya ke tempat ini. Rupanya pertapa ini akan mendapat hidayah melalui penyakit kulitku,” pikir Syeikh Malik dalam hati.
“Lalu di mana saya akan mempelajari Islam?” tanya Pertapa itu.
“Ikutlah denganku, Tuan… Akan kutunjukkan tempatnya.” jawab Syeikh Malik sambil terus mengucapkan Hamdalah karenna seseorang telah menjadi Muslim dan bertuhankan Allah Pemilik Langit dan Bumi…
*
Semua kemauan Allah adalah baik. Tinggal kita jalani sesuai perintah-Nya.
Insya Allah kita akan dapatkan hikmah dan kebaikan di dalamnya.
Aamiin
( Ustadz Iqbal Zain Al-Jauhari )
Maka ia pun berobat kepada dokter. Tapi sudah banyak dokter yang ia datangi tapi tak membuahkan hasil sama sekali. Penyakit kulitnya tak kunjung sembuh. Tapi karena Syeikh Malik adalah orang yang paham agama maka beliau selalu saja berprasangka baik kepada Allah…
“Pasti ada kebaikan dalam penyakit ini,” katanya.
Hingga suatu hari seorang muridnya membawa berita bahwa ada seorang pertapa yang mempunyai kelebihan dalam mengobati berbagai macam penyakit… Tapi hal ini mendapat tentangan dari orang-orang. Mereka berpendapat, “Mana mungkin seorang Ulama besar berobat kepada seorang pertapa yang merupakan adalah seorang Ateis (tidak percaya kewujudan Tuhan).”
Tapi Syeikh Malik berpendapat lain, “Saya akan ke sana dengan tujuan coba mengajaknya untuk memeluk Islam, karena dia adalah seorang yang tersesat,” katanya. “Kelebihan apa yang dimiliki oleh pertapa itu sehingga Allah memberinya kemampuan untuk mengobati orang-orang?” pikir Syeikh Malik.
Maka Syeikh Malik pun mendatangi Pertapa itu… Tapi sang Pertapa tidak mengetahui tentang Syeikh Malik. Rupanya tempat tinggal Pertapa ini jauh di dalam hutan, di tengah kesunyian hutan. Keadaan pertapa itu sangat sederhana.
Maka mulailah Syeikh Malik membicarakan tentang penyakitnya dan Pertapa itu meneliti penjelasan Syeikh Malik dengan sangat seksama. Pertapa itu kemudian memberikan beberapa ramuan-ramuan yang terdiri dari daun-daunan pepohonan, kerana telah menjelaskan tentang penyakitnya dan mendapatkan pengubatannya maka mulailah Syeikh Malik mencari tahu tentang Pertapa ini dengan tujuan adanya kemungkinan untuk mengajaknya kepada agama Allah.
“Apa yang kamu lakukan di tempat sunyi ini dan kenapa kamu tidak tinggal di kota saja?” tanya Syeikh Malik.
“Saya sangat selesa di sini… suasananya sangat tenang. Sehingga jiwa ini juga jadi tenang,” jawab si Pertapa. “Saya tak ingin merosak hati ini dengan noda-noda kehidupan,” lanjutnya. “Di sini kita hidup dengan santai tanpa harus terburu-buru… semuanya disediakan oleh Alam dan sangat murni,” ceritanya lagi.
“Tapi bukankah kamu dapat menjadi kaya kalau kamu tinggal di kawasan kota… kamu dapat menjadi Tabib?” tanya Syekh Malik lagi.
“Tapi saya tak inginkan itu, saya hanya ingin tenang,” jawab Sang Pertapa.
Setelah bercakap-cakap akhirnya Syeikh Malik kembali pulang dengan membawa resep obat dari Sang Pertapa. Ajaib dengan memakai resep dari Sang Pertapa penyakit kulit Syeikh Malik berangsur-angsur Allah sembuhkan.
Dengan kejadian ini maka Syeikh Malik berpikir di dalam hati, “Aneh… telah banyak para dokter yang kutemui tapi penyakit ini tak kunjung sembuh.” “Tapi mengapa dengan resep obat dari Pertapa ini Allah telah sembuhkan penyakit ini? Pasti ada sesuatu yang Allah simpan dalam peristiwa ini dan pasti itu baik,” pikir Syeikh Malik dalam renungannya
Maka Syeikh Malik bertekad untuk menemui Pertapa itu kembali.
“Wahai Tuan, resep Anda sangat manjur… Penyakit saya telah sembuh,” kata syeikh Malik ketika menemui Pertapa itu.
“Itu karena Alam,” katanya.
Maka Syeikh Malik mulai terlibat percakapan panjang lebar dengan Pertapa itu sambil mencoba mencari-cari cara untuk mengajak Pertapa itu menyembah Allah.
Hingga akhirnya Syeikh Malik betanya, “Apa amalan Anda sehingga Anda mendapatkan berkah ini, pandai mengubati segala macam penyakit?”
Sejenak Pertapa itu terdiam, lalu berkata, “Segala sesuatu yang ditolak oleh hatiku, maka pasti akan kulaksanakan.”
Mendengar hal itu Syeikh Malik terkejut, “Betulkah perkataanmu itu. wahai Tuan?”
“Ya, betul. Apa yang ditolak oleh hatiku maka pasti akan kulakukan.”
Sejenak Syeikh Malik terdiam sambil berpikir, “Amalan inilah yang menyebabkan Allah memberinya kemampuan ini.” “Mungkinkah kalau aku menawarinya menjadi seorang muslim hatinya pasti menolak?” pikir Syeikh Malik lagi
Spontan Syeikh Malik bertanya… “Maukah Anda menjadi seorang muslim?”
“Apa?" jawab Pertapa itu dengan terkejut.
“Maukah Anda menjadi seorang muslim?” tanya Syeikh Malik lagi tanpa ragu-ragu.
Sejenak Pertapa itu terdiam dan menatap Syeikh Malik.... lalu berkata, “Sebentar saya tanya hati ini dulu.”
Syeikh Malik menunggu dengan perasaan harap-harap cemas.
Lalu Pertapa itu berkata, “Ya, saya mau menjadi seorang muslim.”
“Betulkah, wahai Tuan?” sahut Syeikh Malik.
“Ya… Saya telah bertanya kepada hati ini ternyata ia menolak. Maka apabila hati ini menolak pasti saya mengikutinya,” kata Pertapa itu.
“Alhamdulillah…” jawab Syeikh Malik. “Rupanya inilah keinginan Allah sehingga penyakit saya tak sembuh-sembuh dan mengirim saya ke tempat ini. Rupanya pertapa ini akan mendapat hidayah melalui penyakit kulitku,” pikir Syeikh Malik dalam hati.
“Lalu di mana saya akan mempelajari Islam?” tanya Pertapa itu.
“Ikutlah denganku, Tuan… Akan kutunjukkan tempatnya.” jawab Syeikh Malik sambil terus mengucapkan Hamdalah karenna seseorang telah menjadi Muslim dan bertuhankan Allah Pemilik Langit dan Bumi…
*
Semua kemauan Allah adalah baik. Tinggal kita jalani sesuai perintah-Nya.
Insya Allah kita akan dapatkan hikmah dan kebaikan di dalamnya.
Aamiin
( Ustadz Iqbal Zain Al-Jauhari )