- Tausiyyah Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz -
Janganlah kalian mensia-siakan persahabatan dengan orang mulia, yaitu orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang cahayanya berkilauan. Sinarnya bergemerlapan. Demi Allah …. memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian yang sangat besar.
Tidakkah kalian pikir, kerugian tersebut disebutkan oleh pemimpin dari segala pemimpin, yaitu Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah ﷺ telah bersabda (maksudnya): Celakalah bagi orang yang tidak melihatku pada hari kiamat.
Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum shalihin tidak akan bisa melihat Nabi Muhammad ﷺ. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang Nabi Muhammad ﷺ. Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Ketahuilah, bahwa kaum shalihin adalah bagian dari Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pewaris Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah khalifah Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pemegang sirr Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pemegang sirr setelah kewafatan Nabi Muhammad ﷺ.
Mereka adalah pewaris rahasia An-Nabawiyyah sepeninggalan Rasulullah ﷺ. Mereka adalah semulia-mulia perwaris Rasulullah ﷺ. Di antara mereka adalah Al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad yang telah disifatkan oleh Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi dalam bait qasidah beliau: “Karenanya (Imam al-Haddad) sejuklah hati Nabi Muhammad ﷺ. Bagi Baginda ﷺ ia adalah sebaik-baik keturunannya. Panutan bagi pengikut. Ka’bah (qiblat) bagi orang yang meniti jalan kebenaran dan merupakan kebanggaan bagi penduduk negerinya. Nasihat-nasihatnya menebarkan ilmu pengetahuan. Kasih-sayangnya meliputi semua umat. Darinya, mereka mengambil manfaat dgn sebaik-baik manfaat.”
Dalam kesempatan lain, Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi menyifatkan Al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad dalam untaian syairnya yang begitu indah. Al-Habib ‘Ali mengatakan: “Dialah cucu Nabi ﷺ yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal oleh para pejuang dan pemberani. Dialah penyalur asrar dan ilmu kepada keluarga, keturunan, penduduk negerinya, bahkan kepada umat generasi sesudahnya. Maka semua yang bersuluk dengannya akan bersinar dengan cahaya kilau yang terang benderang.”
Cahaya ini tak akan padam dan tak akan sirna. Mengapa? Sebab, Allah Ta’ala lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya cahayanya terus bersinar dan kian memancar. Siapakah yang mampu memadam cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah Ta’ala? Demi Allah! Cahaya itu tidak akan padam dan takkan pernah sirna selama mana Allah Ta’ala yang menjaganya.
Namun sungguh menyedihkan, di antara kita (yakni para ‘Alawiyyin dan keturunan Rasulullah ﷺ) terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu. Mereka adalah orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan itu. Bahkan sangat disayangkan, justru mereka masuk ke dalam kelompok lain. Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi berkata: “Siapa tidak menempuh jalan leluhurnya pasti akan bingung dan tersesat. Wahai anak-cucu Nabi ﷺ tempuhilah jalan mereka, setapak demi setapak dan jauhi segala bid’ah.”
Siapakah yang lebih mengenal Allah Ta’ala dibandingkan para kaum ‘arifin? Siapakah yang lebih mengetahui hakikat Rabbul ‘alamin dibandingkan dgn imam-imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasulullah ﷺ dibanding mereka? Selain mereka, kepada siapa kita akan bercermin? Kepada siapa kita akan berteladan?
Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraan dan kasih-sayang diantara kalain. Jangan kalian bercerai berai. Bersiap-siaplah menolong jalan mereka. Demi Allah! Jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar. Bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia. Di belahan dunia, timur maupun barat. Bagi masyarakat ‘Arab maupun ‘Ajam (non-‘Arab). Baik di Jazirah ‘Arab, Amerika, Eropa, Rusia, Asia, China ataupun Indonesia ini.
Di sana bendera keluarga Al-Imam al-Habib ‘Alwi bin ‘Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir telah berkibar. Di segala penjuru, bendera keluarga Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’alawi telah berkibar. Di setiap wilayah, kita pasti akan melihat bendera ahli thariqah ini (yakni thariqah ‘Alawiyyah). Mereka memiliki para tentara dan penolong yang berkedudukan tinggi di sisi-Nya. Namun saat ini, di antara para tentara dan penolong itu ada yang tidur, bahkan mereka nyenyak dalam tidurnya. Ada di antara mereka yang hanya duduk berpangku tangan (berpeluk tubuh) dan terus duduk saja.
Cukuplah wahai saudaraku! Sudah banyak kita melihat orang-orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah wahai saudaraku! Sampai kapan kalian akan tidur? Sampai kapan kalian akan terus berpeluk tubuh? Amatilah! Apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah-rumah kalian? Apakah mereka sudah menjadi teladan dalam keluarga kalian? Apakah mereka telah menjadi panutan bagi anak dan isteri kalian?
Bagaimana kalian ini? Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian setiap harinya yang terdengar hanyalah berita mengenai orang-orang kafir. Hanya menyimak kabar dari orang-orang fasiq dan gosip para bintang film?????!!!! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!!! Apakah ini yang disebut cinta????? Apakah ini yang dikatakan memiliki ikatan kekeluargaan????
Sungguh ironis sekali!!!! Saat ini sinetron, orang-orang fasiq dan orang-orang kafir lah yang mendidik anak-anak kita. Pemandangan itu yang menjadi hiasan dalam keluarga kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasiq di TV, baik dari cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Sehingga mereka tidak mengenal lagi siapa Fathimah az-Zahra radhiyallahu 'anha Siapakah beliau? Bagaimana biografi beliau? Seperti apa pakaian beliau? Bagaimana kezuhudannya? Bagaimana ibadahnya? Saat ini mereka tidak lagi mengenal puteri-puteri Nabi Muhammad ﷺ. Mereka tidak tahu siapa itu Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu isteri-isteri Rasulullah ﷺ. Mereka tidak lagi mengenal siapa itu Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anha, ‘Aisyah ash-Shiddiqah radhiyallahu 'anha dan lain-lain. Bagaimana ini boleh terjadi? Wahai para kepala keluarga! Bagaimana kalian mendidik anak-anak kalian? Dengan figur siapa kalian memberikan contoh kepada putri-putrimu?
Apakah kalian berniat menggantikan Rasulullah ﷺ dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian? Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah mukmin. Sesungguhnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang-orang yang jauh dari Allah dan Rasul-Nya.
Sungguh, kalian telah menggantikan teladan yang telah diridhai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya untuk kalian. Apakah kalian lupa akan firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur'an:
Artinya: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik. (Surah Al-Ahzab: 21)
Wahai saudaraku, tanamlah dalam hatimu untuk berubah dari semua ini. Kembalilah pada jalan yang telah diteladankan oleh Rasulullah ﷺ. Dalam buku catatan ‘amal kita tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas (selayaknya). Jikalau demikian, maka siapakah yang akan menghapuskannya? Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, karena Dialah yang menerima segala taubat dari hamba-hamba-Nya dan Dialah yang memaafkan segala kesalahan-kesalahan para hamba-Nya. Wallahu a’lam.
(Dikutip dari buku CAHAYA HATI: NASEHAT & MUTIARA HIKMAH AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ)
Janganlah kalian mensia-siakan persahabatan dengan orang mulia, yaitu orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang cahayanya berkilauan. Sinarnya bergemerlapan. Demi Allah …. memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian yang sangat besar.
Tidakkah kalian pikir, kerugian tersebut disebutkan oleh pemimpin dari segala pemimpin, yaitu Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah ﷺ telah bersabda (maksudnya): Celakalah bagi orang yang tidak melihatku pada hari kiamat.
Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum shalihin tidak akan bisa melihat Nabi Muhammad ﷺ. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang Nabi Muhammad ﷺ. Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Ketahuilah, bahwa kaum shalihin adalah bagian dari Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pewaris Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah khalifah Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pemegang sirr Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah pemegang sirr setelah kewafatan Nabi Muhammad ﷺ.
Mereka adalah pewaris rahasia An-Nabawiyyah sepeninggalan Rasulullah ﷺ. Mereka adalah semulia-mulia perwaris Rasulullah ﷺ. Di antara mereka adalah Al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad yang telah disifatkan oleh Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi dalam bait qasidah beliau: “Karenanya (Imam al-Haddad) sejuklah hati Nabi Muhammad ﷺ. Bagi Baginda ﷺ ia adalah sebaik-baik keturunannya. Panutan bagi pengikut. Ka’bah (qiblat) bagi orang yang meniti jalan kebenaran dan merupakan kebanggaan bagi penduduk negerinya. Nasihat-nasihatnya menebarkan ilmu pengetahuan. Kasih-sayangnya meliputi semua umat. Darinya, mereka mengambil manfaat dgn sebaik-baik manfaat.”
Dalam kesempatan lain, Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi menyifatkan Al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad dalam untaian syairnya yang begitu indah. Al-Habib ‘Ali mengatakan: “Dialah cucu Nabi ﷺ yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal oleh para pejuang dan pemberani. Dialah penyalur asrar dan ilmu kepada keluarga, keturunan, penduduk negerinya, bahkan kepada umat generasi sesudahnya. Maka semua yang bersuluk dengannya akan bersinar dengan cahaya kilau yang terang benderang.”
Cahaya ini tak akan padam dan tak akan sirna. Mengapa? Sebab, Allah Ta’ala lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya cahayanya terus bersinar dan kian memancar. Siapakah yang mampu memadam cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah Ta’ala? Demi Allah! Cahaya itu tidak akan padam dan takkan pernah sirna selama mana Allah Ta’ala yang menjaganya.
Namun sungguh menyedihkan, di antara kita (yakni para ‘Alawiyyin dan keturunan Rasulullah ﷺ) terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu. Mereka adalah orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan itu. Bahkan sangat disayangkan, justru mereka masuk ke dalam kelompok lain. Al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi berkata: “Siapa tidak menempuh jalan leluhurnya pasti akan bingung dan tersesat. Wahai anak-cucu Nabi ﷺ tempuhilah jalan mereka, setapak demi setapak dan jauhi segala bid’ah.”
Siapakah yang lebih mengenal Allah Ta’ala dibandingkan para kaum ‘arifin? Siapakah yang lebih mengetahui hakikat Rabbul ‘alamin dibandingkan dgn imam-imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasulullah ﷺ dibanding mereka? Selain mereka, kepada siapa kita akan bercermin? Kepada siapa kita akan berteladan?
Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraan dan kasih-sayang diantara kalain. Jangan kalian bercerai berai. Bersiap-siaplah menolong jalan mereka. Demi Allah! Jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar. Bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia. Di belahan dunia, timur maupun barat. Bagi masyarakat ‘Arab maupun ‘Ajam (non-‘Arab). Baik di Jazirah ‘Arab, Amerika, Eropa, Rusia, Asia, China ataupun Indonesia ini.
Di sana bendera keluarga Al-Imam al-Habib ‘Alwi bin ‘Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir telah berkibar. Di segala penjuru, bendera keluarga Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’alawi telah berkibar. Di setiap wilayah, kita pasti akan melihat bendera ahli thariqah ini (yakni thariqah ‘Alawiyyah). Mereka memiliki para tentara dan penolong yang berkedudukan tinggi di sisi-Nya. Namun saat ini, di antara para tentara dan penolong itu ada yang tidur, bahkan mereka nyenyak dalam tidurnya. Ada di antara mereka yang hanya duduk berpangku tangan (berpeluk tubuh) dan terus duduk saja.
Cukuplah wahai saudaraku! Sudah banyak kita melihat orang-orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah wahai saudaraku! Sampai kapan kalian akan tidur? Sampai kapan kalian akan terus berpeluk tubuh? Amatilah! Apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah-rumah kalian? Apakah mereka sudah menjadi teladan dalam keluarga kalian? Apakah mereka telah menjadi panutan bagi anak dan isteri kalian?
Bagaimana kalian ini? Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian setiap harinya yang terdengar hanyalah berita mengenai orang-orang kafir. Hanya menyimak kabar dari orang-orang fasiq dan gosip para bintang film?????!!!! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!!! Apakah ini yang disebut cinta????? Apakah ini yang dikatakan memiliki ikatan kekeluargaan????
Sungguh ironis sekali!!!! Saat ini sinetron, orang-orang fasiq dan orang-orang kafir lah yang mendidik anak-anak kita. Pemandangan itu yang menjadi hiasan dalam keluarga kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasiq di TV, baik dari cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Sehingga mereka tidak mengenal lagi siapa Fathimah az-Zahra radhiyallahu 'anha Siapakah beliau? Bagaimana biografi beliau? Seperti apa pakaian beliau? Bagaimana kezuhudannya? Bagaimana ibadahnya? Saat ini mereka tidak lagi mengenal puteri-puteri Nabi Muhammad ﷺ. Mereka tidak tahu siapa itu Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu isteri-isteri Rasulullah ﷺ. Mereka tidak lagi mengenal siapa itu Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anha, ‘Aisyah ash-Shiddiqah radhiyallahu 'anha dan lain-lain. Bagaimana ini boleh terjadi? Wahai para kepala keluarga! Bagaimana kalian mendidik anak-anak kalian? Dengan figur siapa kalian memberikan contoh kepada putri-putrimu?
Apakah kalian berniat menggantikan Rasulullah ﷺ dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian? Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah mukmin. Sesungguhnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang-orang yang jauh dari Allah dan Rasul-Nya.
Sungguh, kalian telah menggantikan teladan yang telah diridhai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya untuk kalian. Apakah kalian lupa akan firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur'an:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik. (Surah Al-Ahzab: 21)
Wahai saudaraku, tanamlah dalam hatimu untuk berubah dari semua ini. Kembalilah pada jalan yang telah diteladankan oleh Rasulullah ﷺ. Dalam buku catatan ‘amal kita tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas (selayaknya). Jikalau demikian, maka siapakah yang akan menghapuskannya? Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, karena Dialah yang menerima segala taubat dari hamba-hamba-Nya dan Dialah yang memaafkan segala kesalahan-kesalahan para hamba-Nya. Wallahu a’lam.
(Dikutip dari buku CAHAYA HATI: NASEHAT & MUTIARA HIKMAH AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ)
۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞
Related Post
- Rincian Pintu-Pintu Masuk Setan ke dalam Hati
- Islam Kita Menyatukan, Bukan Memecah Belah Umat
- Islam Kita Menyatukan, Bukan Memecah Belah Umat