Rasulullah ﷺ memiliki Khadim (Pelayan) bernama Tsauban. Tsauban termasuk di antara salah satu dari sahabat baginda Nabi ﷺ. Para sahabat melayani atau menjadi khadim baginda Nabi ﷺ untuk mencari keberkahan dan keridhoan hati sang Nabi ﷺ. Jika tidak demikian maka baginda Nabi ﷺ tidak menjadikan salah satu dari para sahabatnya untuk melayani beliau, akan tetapi para sahabatlah yang berlomba-lomba untuk berkhidmah (melayani baginda Nabi ﷺ) karena mencari kemuliaan yang tinggi.
Tsauban ini - sebagaimana yang diriwayatkan para perawi - sangat cinta kepada baginda Nabi ﷺ. Cinta jika sudah menetap di dalam hati maka pasti akan nampak berbekas pada jasad.
Tsauban masuk menghadap Nabi ﷺ sedangkan kulitnya berubah dan kurus badannya.
Rasulullah ﷺ kemudian bertanya: Apakah yang membuat kulitmu berubah?
Tsauban menjawab: Wahai Rasulullah, saya tidak sakit tidak pula menderita sakit melainkan jikalau saya tidak melihat engkau, saya merasa takut yang sangat sampai saya bisa berjumpa denganmu. Kemudian engkau menyebut akhirat saya pun takut tidak bisa melihatmu lagi, karena engkau akan diangkat bersama para Nabi. Jikalau saya masuk surga , saya akan berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu (artinya akan jarang melihatmu), dan jikalau saya tidak masuk surga saya tidak akan pernah melihatmu selamanya.
Tsauban sudah mengusahakan melihat baginda Nabi ﷺ di dunia sehingga menjadikan dirinya seorang pelayan, Karena pelayan tidak akan terhalang dari (memandang) yang dilayaninya bahkan akan terus bersama sampai waktu-waktu tertentu. Beliau ini melakukan apa yang dilakukan para sahabat yang lain. Akan tetapi cinta yang membara menjadikan beliau berpikir tentang hari dimana ibu akan terpisah dari anak bayinya, seorang sahabat akan terpisah dengan sahabat yang dicintainya, bagaimana beliau akan melihat baginda Nabi ﷺ pada saat itu? Adakah cara atau trik di sana?
Manakala baginda Rasulullah ﷺ mendengar hal tersebut dari Tsauban, baginda ﷺ tidak langsung memberi respon, kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat dari surat An-Nisa :
Kemudian Rasulullah ﷺ mendo’akan dan membacakan ayat tersebut kepadanya.
**
Semua sifat-sifat tersebut bukanlah hal yang aneh bagi orang yang merasakan cinta dan dihampiri rasa rindu. Maka kurusnya badan, perubahan kulit, kedua mata layu dan dihampiri rasa takut, semua itu engkau bisa melihat dan mendengarnya dari kisah-kisah cinta atau kasih sayang antara seorang ibu dan anaknya atau antara pemuda dan pemudi …Di sana engkau akan mendengar rintihan, suara nafas, panjangnya malam, kurangnya makan, dan bla bla bla…….
Apakah sifat-sifat tersebut sudah datang menghampiri kita, tatkala kita berbangga berbahagia dengan terang-terangan kita menyatakan bahwa ”kami mencintai baginda Nabiﷺ?!
(Dikutip dari Buku ‘’Falnata’allam Hubba Rasulillah‘’ [shallallahu ‘alaihi wasallam] karya Muhammad al Khaimi Cet: Dar Qutaibah @diterjemahkan oleh Ibnu Bilinah)
Tsauban ini - sebagaimana yang diriwayatkan para perawi - sangat cinta kepada baginda Nabi ﷺ. Cinta jika sudah menetap di dalam hati maka pasti akan nampak berbekas pada jasad.
Tsauban masuk menghadap Nabi ﷺ sedangkan kulitnya berubah dan kurus badannya.
Rasulullah ﷺ kemudian bertanya: Apakah yang membuat kulitmu berubah?
Tsauban menjawab: Wahai Rasulullah, saya tidak sakit tidak pula menderita sakit melainkan jikalau saya tidak melihat engkau, saya merasa takut yang sangat sampai saya bisa berjumpa denganmu. Kemudian engkau menyebut akhirat saya pun takut tidak bisa melihatmu lagi, karena engkau akan diangkat bersama para Nabi. Jikalau saya masuk surga , saya akan berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu (artinya akan jarang melihatmu), dan jikalau saya tidak masuk surga saya tidak akan pernah melihatmu selamanya.
Tsauban sudah mengusahakan melihat baginda Nabi ﷺ di dunia sehingga menjadikan dirinya seorang pelayan, Karena pelayan tidak akan terhalang dari (memandang) yang dilayaninya bahkan akan terus bersama sampai waktu-waktu tertentu. Beliau ini melakukan apa yang dilakukan para sahabat yang lain. Akan tetapi cinta yang membara menjadikan beliau berpikir tentang hari dimana ibu akan terpisah dari anak bayinya, seorang sahabat akan terpisah dengan sahabat yang dicintainya, bagaimana beliau akan melihat baginda Nabi ﷺ pada saat itu? Adakah cara atau trik di sana?
Manakala baginda Rasulullah ﷺ mendengar hal tersebut dari Tsauban, baginda ﷺ tidak langsung memberi respon, kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat dari surat An-Nisa :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69)
Kemudian Rasulullah ﷺ mendo’akan dan membacakan ayat tersebut kepadanya.
**
Semua sifat-sifat tersebut bukanlah hal yang aneh bagi orang yang merasakan cinta dan dihampiri rasa rindu. Maka kurusnya badan, perubahan kulit, kedua mata layu dan dihampiri rasa takut, semua itu engkau bisa melihat dan mendengarnya dari kisah-kisah cinta atau kasih sayang antara seorang ibu dan anaknya atau antara pemuda dan pemudi …Di sana engkau akan mendengar rintihan, suara nafas, panjangnya malam, kurangnya makan, dan bla bla bla…….
Apakah sifat-sifat tersebut sudah datang menghampiri kita, tatkala kita berbangga berbahagia dengan terang-terangan kita menyatakan bahwa ”kami mencintai baginda Nabiﷺ?!
(Dikutip dari Buku ‘’Falnata’allam Hubba Rasulillah‘’ [shallallahu ‘alaihi wasallam] karya Muhammad al Khaimi Cet: Dar Qutaibah @diterjemahkan oleh Ibnu Bilinah)