Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya
Home » Bicara Hidayah » EMPAT TINGKATAN TAUBAT MENURUT IMAM AL GHAZALI RAHIMAHULLAH


EMPAT TINGKATAN TAUBAT MENURUT IMAM AL GHAZALI RAHIMAHULLAH

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

IMAM al-Ghazali mengungkapkan bahwa orang yang melakukan taubat itu dapat ditilik dari keadaan taubatnya dan sikapnya dalam empat tingkatan:

✔ PERTAMA, seorang yang bertaubat dan terus tetap bertaubat hingga akhir usianya. Di dalam hatinya ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosanya lagi. Tentu saja hal ini dikecualikan atas kesalahan yang menurut kebiasaan manusia tidak dapat menghindarinya. Inilah yang disebut istiqamah, kemantapan dalam taubatnya.

Taubat semacam ini dinamakan taubat nasuha, taubat yang mampu menasehati dirinya sendiri. Untuk selanjutnya tidak membuat pelanggaran lagi dengan keinsafan yang sebenar-benarnya. Orang yang bertaubat seperti itu adalah orang yang memiliki jiwa yang tenang nafsul mutmainah.

✔ KEDUA, orang yang bertaubat tetapi belum dapat melepaskan diri dari berbagai dosa yang menghinggapinya. Dalam hatinya sama sekali tidak terketuk untuk berbuat dosa. Namun keadaan memaksa ia terjebak dosa. Saat dosa menghampirinya, saat itu pula ia bertaubat, dan benar-benar menyesalinya.

Jiwa orang semacam ini tergolongan nafsu lawwamah, jiwa penyesalan; jiwa yang selalu menyesal atas dosa yang dilakukannya. Padahal dosa itu sendiri bukan dorongan hati dan tidak ada kesengajaan sama sekali.

Taubat semacam ini tergolong taubat yang nilainya tinggi, tetapi lebih rendah mutunya dari taubat yang pertama. Dan taubat ini umumnya dilakukan oleh kebanyakan orang. Pelakunya berhak diberi janji baik dari Allah:

“Orang-orang yang mendapatkan kebaikan yaitu orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan beberapa kemaksiatan, kecuali yang hanya merupakan lintasan dalam hati. Sesungguhnya Tuhanmu adalah amat luas pengampunannya.” (QS. An-Najm: 31-32)

Oleh karena itu, maka segala yang terlintas dalam hati dianggap dosa kecil, yang bukan keinginannya sendiri. Kesalahan semacam ini dapat dimaafkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang yang memperoleh kebahagiaan ialah orang-orang yang apabila melakukan keburukan atau menganiaya dirinya sendiri, maka mereka segera mengingat pada Allah, kemudian memohon ampunan dari dosa-dosanya.” (QS. Ali-Imran: 135)

Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Setiap mukmin tentu terkena dosa yang menimpanya pada setiap waktu.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Keterangan ini sebagai dalil bahwa kadar dosa yang demikian itu tidak merusak taubat yang sudah diikrarkan dan orang yang melakukannya tidak termasuk yang mengekalkan kemaksiatan.

✔ KETIGA, seseorang yang bertaubat namun pada saat-saat tertentu ia dikalahkan oleh nafsu syahwatnya dengan melakukan beberapa macam kemaksiatan. Dan ia sadar bahwa kemaksiatan yang dilakukannya sengaja, karena memang tidak mampu mengekang nafsu syahwatnya.

Dalam waktu yang sama ia tetap melaksanakan ketaatan dan sebagian dosa-dosa besar ditinggalkan. Dalam hatinya ia berkeinginan agar mampu menghindari dorongan nafsu syahwatnya. Malahan saat selesai melaksanakan kemaksiatan, ia menyesali dirinya sendiri. Namun kekuatan nafsunya terkadang berimbang dengan iman.

Jiwa yang demikian itu dinamakan nafsu musawwalah; jiwa yang memerintah diri. Mereka ini tergolong orang yang disinggung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmannya:
“Ada pun orang-orang lain yang sudah mengakui dosa-dosanya, tetapi mereka itu suka mencampurkan amalan baiknya dengan amalan buruknya.” (QS. At-Taubah: 102)

✔ KEEMPAT, seorang yang bertaubat dengan waktu yang terbatas untuk selanjutnya ia kembali menjerumuskan dirinya dalam berbagai perbuatan dosa. Orang semacam ini sama sekali tidak menyesali perbuatan dosanya itu dan tidak ada keinginan segera bertaubat.

Jiwa yang demikian itu disebut nafsu amarah bissuui, yaitu jiwa yang mengajak pada kejahatan. Indikasinya ia suka mendekati keburukan dan menjauhi kebaikan.

Taubat ketiga dan keempat ini dikhawatirkan berujung pada su'ul khatimah, yakni penghabisan yang buruk.

(Sumber buku: Generasi Muda Islam di Ambang Kehancuran, penulis: Haris Firdaus)

Shared by ⓑⓘⓒⓐⓡⓐ ღ ⓗⓘⓓⓐⓨⓐⓗ
#bicarahidayah #doa #taubat
#Allah #islam #quran #tarbiyah #akhlak



Newer Post Older Post

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
Comments
Atom
Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse