Oleh KH. Muhammad Arifin Ilham
Sahabat-sahabatku, hidup di dunia yang hanya sebentar ini tidak akan pernah lepas dari goncangan dan godaan. Karena goncangan, kita bisa jadi menangis. Karena godaan, kita bisa jadi terlena. Dan selama kita masih hidup di dunia, maka kita tidak akan pernah bisa mengharapkan untuk tidak pernah merasakan sakit. Tapi karena sakit itulah, maka kita bisa menemukan indahnya kenikmatan Allah.
Ikhwah fillah rahimahumullah, orang beriman bukanlah orang yang tidak pernah sedih. Orang beriman bukan orang yang tidak pernah marah. Orang beriman bukan orang yang tidak mungkin tergelincir. Tapi orang beriman adalah orang yang selalu berusaha menyandarkan segala permasalahan dan kebutuhannya hanya kepada Allah.
Orang beriman selalu bahagia dan enteng (senang) menjalani hidup karena dia TAAT, ISTIQAMAH, RENDAH HATI, dan BAIK SANGKA.
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menghina mereka, mereka membalas dengan ucapan do'a ‘Salam’." (QS. Al Furqan: 63)
Sahabat, sesungguhnya setan tidak pernah dan tidak akan pernah mampu menguasai orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah Jala Jalalluh (An-Nahl: 99).
Ada orang yang taat, tapi menjalani ketaatannya tidak istiqamah. Apalagi buruk sangkanya selalu dituruti. Sudah pasti hidupnya menderita. Kenapa? Karena orang yang buruk sangka maka dunia seluas ini seakan menjadi sempit baginya. Jalan ke sana, ketemu orang yang wajahnya kusut sedikit, dia sudah fikir, “pasti dia begini, pasti dia begitu”. Melihat orang yang tiba-tiba tertawa di depannya, mendadak hatinya langsung kemrungsung (tergesa-gesa, panik), “dia pasti begini, dia pasti begitu”. Orang yang kerjanya buruk sangka itu capek (payah, lelah, penat), ikhwah.
Kalau dia taat, istiqamah, baik sangka, tapi tidak rendah hati, maka hidupnya juga tidak mungkin bahagia. Bagaimana mungkin orang yang sombong bisa bahagia? Orang yang sombong, tidak tahan celaan. Tidak tahan hinaan. Terlebih lagi, dia tidak tahan pujian.
Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk mengucapkan, “Alhamdulillah ‘ala kullihaal …”
Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang bisa memberi dan mencabut kenikmatan. Kadang, saat Allah kasih kita sakit gigi. Bisa sampai berhari-hari kita mengeluhkan sakit giginya saja. Berubat kemana-mana. Muka dan hati kusut berhari-hari. Seakan-akan kalau giginya itu tidak sembuh, maka hidupnya sudah tidak nyaman, tidak betah, tidak suka, tidak ridho.
Dia lupa, bahwa Allah masih menjaga jantungnya, agar tetap berdegub, jadi dia masih bisa hidup, darahnya masih bisa mengalir. Dia lupa, bahwa Allah masih menyehatkan kaki dan tangannya, agar bisa berjalan ke doktor dan tangannya masih bisa mengusap pipinya yang lagi sakit gigi itu. Dia lupa sama nikmat Allah yang lain.
SubhaanAllah. Semoga Allah selalu beri kita nikmat sehat yang manfaat. Aamiin Allahumma aamiin.
Shared by ⓑⓘⓒⓐⓡⓐ ღ ⓗⓘⓓⓐⓨⓐⓗ
Sahabat-sahabatku, hidup di dunia yang hanya sebentar ini tidak akan pernah lepas dari goncangan dan godaan. Karena goncangan, kita bisa jadi menangis. Karena godaan, kita bisa jadi terlena. Dan selama kita masih hidup di dunia, maka kita tidak akan pernah bisa mengharapkan untuk tidak pernah merasakan sakit. Tapi karena sakit itulah, maka kita bisa menemukan indahnya kenikmatan Allah.
Ikhwah fillah rahimahumullah, orang beriman bukanlah orang yang tidak pernah sedih. Orang beriman bukan orang yang tidak pernah marah. Orang beriman bukan orang yang tidak mungkin tergelincir. Tapi orang beriman adalah orang yang selalu berusaha menyandarkan segala permasalahan dan kebutuhannya hanya kepada Allah.
Orang beriman selalu bahagia dan enteng (senang) menjalani hidup karena dia TAAT, ISTIQAMAH, RENDAH HATI, dan BAIK SANGKA.
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menghina mereka, mereka membalas dengan ucapan do'a ‘Salam’." (QS. Al Furqan: 63)
Sahabat, sesungguhnya setan tidak pernah dan tidak akan pernah mampu menguasai orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah Jala Jalalluh (An-Nahl: 99).
Ada orang yang taat, tapi menjalani ketaatannya tidak istiqamah. Apalagi buruk sangkanya selalu dituruti. Sudah pasti hidupnya menderita. Kenapa? Karena orang yang buruk sangka maka dunia seluas ini seakan menjadi sempit baginya. Jalan ke sana, ketemu orang yang wajahnya kusut sedikit, dia sudah fikir, “pasti dia begini, pasti dia begitu”. Melihat orang yang tiba-tiba tertawa di depannya, mendadak hatinya langsung kemrungsung (tergesa-gesa, panik), “dia pasti begini, dia pasti begitu”. Orang yang kerjanya buruk sangka itu capek (payah, lelah, penat), ikhwah.
Kalau dia taat, istiqamah, baik sangka, tapi tidak rendah hati, maka hidupnya juga tidak mungkin bahagia. Bagaimana mungkin orang yang sombong bisa bahagia? Orang yang sombong, tidak tahan celaan. Tidak tahan hinaan. Terlebih lagi, dia tidak tahan pujian.
Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk mengucapkan, “Alhamdulillah ‘ala kullihaal …”
Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang bisa memberi dan mencabut kenikmatan. Kadang, saat Allah kasih kita sakit gigi. Bisa sampai berhari-hari kita mengeluhkan sakit giginya saja. Berubat kemana-mana. Muka dan hati kusut berhari-hari. Seakan-akan kalau giginya itu tidak sembuh, maka hidupnya sudah tidak nyaman, tidak betah, tidak suka, tidak ridho.
Dia lupa, bahwa Allah masih menjaga jantungnya, agar tetap berdegub, jadi dia masih bisa hidup, darahnya masih bisa mengalir. Dia lupa, bahwa Allah masih menyehatkan kaki dan tangannya, agar bisa berjalan ke doktor dan tangannya masih bisa mengusap pipinya yang lagi sakit gigi itu. Dia lupa sama nikmat Allah yang lain.
SubhaanAllah. Semoga Allah selalu beri kita nikmat sehat yang manfaat. Aamiin Allahumma aamiin.
Shared by ⓑⓘⓒⓐⓡⓐ ღ ⓗⓘⓓⓐⓨⓐⓗ