Umat Islam adalah umat yang mendapatkan keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dibanding umat lainnya, dengan keutamaan itu derajat mereka diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia dan akhirat. Setiap ajaran Islam mengandung keutamaan/fadhilah, begitu juga salam.
Bahkan Yahudi mengetahui keutamaan tersebut sehingga menimbulkan hasad dalam diri mereka.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah ﷺ bersabda : ”Tidaklah Yahudi hasad terhadap kalian tentang sesuatu, seperti hasadnya terhadap kalian dalam permasalahan salam dan ucapan aamiin”. (HR. Ibnu Majah 856 dan Ibnu Khuzaimah)
Yahudi musuh terbesar umat Islam, mengetahui keutamaan salam dan hasad kepada kaum muslimin terhadap anugerah yang mereka dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagaimana bisa sebagian kaum muslimin melupakan keutamaan ini?
Menebar salam antar umat muslim adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ. Hendaknya setiap diri menumbuhkan kebiasaan yang mulia ini pada diri sendiri dan lingkungannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” (HR. Muslim)
Di dalam hadits tersebut Nabi ﷺ menjelaskan diantara syarat masuk surga adalah keimanan kemudian menggantungkan keimanan dengan saling cinta-mencintai sesama muslim, dan itu semua tidak akan terwujud kecuali dengan salah satu caranya, yaitu menebarkan salam antara sesama muslim.
Adapun kalimat السلام itu sendiri mempunyai makna tersendiri yang disebutkan oleh para ulama:
• Sebagian mereka (para ulama) mengatakan السلام adalah nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika seseorang mengucapkan السلام عليه berarti dia mengucapkan Nama Allah atas kamu” yang bermakna “Semoga kamu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala”
• Sebagian mereka (para ulama) juga mengatakan السلام bermakna السلامه (keselamatan), jadi makna ucapan السلام عليله adalah “Keselamatan untukmu” (Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim, Jilid 7 hal 262, Kitab As-Salam)
Imam an-Nawawi rahimahullah menyebutkan “Ketahuilah bahwa memulai salam hukumnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya adalah wajib. Jika orang yang mengucapkan salam terdiri dari sekelompok orang (jama’ah) maka berlaku bagi mereka hukum sunnah kifayah yang berarti jika salah satu dari mereka mengucapkan salam, maka sunnah salam tersebut menjadi hak mereka seluruhnya. Jika orang yang disalami adalah satu orang maka wajib (fardhu ‘ain) dia untuk menjawab. Jika orang yang disalami adalah sekelompok orang (jama’ah) maka hukum menjawab salam bagi mereka menjadi fardhu kifayah, yang berarti jika salah seorang dari mereka sudah menjawab salam, maka terputuslah dosa/kesalahan bagi yang belum menjawab salam." (Al-Minhaj, Jilid 7 hal 261)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Wallahu a'lam bish-shawab
Bahkan Yahudi mengetahui keutamaan tersebut sehingga menimbulkan hasad dalam diri mereka.
عَنْ عَائِشَةَ, عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, قَالَ: مَا حَسَدَتْكُمُ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ, مَا حَسَدَتْكُمْ عَلَى السَّلَامِ وَالتَّأْمِينِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah ﷺ bersabda : ”Tidaklah Yahudi hasad terhadap kalian tentang sesuatu, seperti hasadnya terhadap kalian dalam permasalahan salam dan ucapan aamiin”. (HR. Ibnu Majah 856 dan Ibnu Khuzaimah)
Yahudi musuh terbesar umat Islam, mengetahui keutamaan salam dan hasad kepada kaum muslimin terhadap anugerah yang mereka dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagaimana bisa sebagian kaum muslimin melupakan keutamaan ini?
Menebar salam antar umat muslim adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ. Hendaknya setiap diri menumbuhkan kebiasaan yang mulia ini pada diri sendiri dan lingkungannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” (HR. Muslim)
Di dalam hadits tersebut Nabi ﷺ menjelaskan diantara syarat masuk surga adalah keimanan kemudian menggantungkan keimanan dengan saling cinta-mencintai sesama muslim, dan itu semua tidak akan terwujud kecuali dengan salah satu caranya, yaitu menebarkan salam antara sesama muslim.
Adapun kalimat السلام itu sendiri mempunyai makna tersendiri yang disebutkan oleh para ulama:
• Sebagian mereka (para ulama) mengatakan السلام adalah nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika seseorang mengucapkan السلام عليه berarti dia mengucapkan Nama Allah atas kamu” yang bermakna “Semoga kamu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala”
• Sebagian mereka (para ulama) juga mengatakan السلام bermakna السلامه (keselamatan), jadi makna ucapan السلام عليله adalah “Keselamatan untukmu” (Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim, Jilid 7 hal 262, Kitab As-Salam)
Imam an-Nawawi rahimahullah menyebutkan “Ketahuilah bahwa memulai salam hukumnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya adalah wajib. Jika orang yang mengucapkan salam terdiri dari sekelompok orang (jama’ah) maka berlaku bagi mereka hukum sunnah kifayah yang berarti jika salah satu dari mereka mengucapkan salam, maka sunnah salam tersebut menjadi hak mereka seluruhnya. Jika orang yang disalami adalah satu orang maka wajib (fardhu ‘ain) dia untuk menjawab. Jika orang yang disalami adalah sekelompok orang (jama’ah) maka hukum menjawab salam bagi mereka menjadi fardhu kifayah, yang berarti jika salah seorang dari mereka sudah menjawab salam, maka terputuslah dosa/kesalahan bagi yang belum menjawab salam." (Al-Minhaj, Jilid 7 hal 261)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Wallahu a'lam bish-shawab