Dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 38:
Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr mengutip sejumlah riwayat tentang kisah pertobatan Nabi Adam. Ketika diusir dari surga dan jatuh ke bumi, beliau mendatangi Ka’bah dan shalat dua raka'at, kemudian berdo'a, dalam untaian do'a yang indah:
“Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku.”
Allah kemudian menjawab do'a Nabi Adam:
“Hai Adam, Aku telah terima taubatmu dan telah Aku ampuni dosamu. Tidak ada seorang pun di antara keturunanmu yang berdoa dengan doa sepertimu kecuali Aku ampuni dosa-dosanya, Aku angkat kesedihan dan kesulitannya, Aku cabut kefakiran dari dirinya, Aku niagakan dia melebihi perniagaan semua saudagar, Aku tundukkan dunia di hadapannya meskipun dia tidak menghendakinya.”
Do'a Nabi Adam yang indah dijawab oleh Allah dengan jawaban yang lebih indah. Jalaluddin as-Suyuthi juga mengutip riwayat bahwa sebelum memanjatkan doa, Nabi Adam tawassul dengan nama Muhammad. Beliau bermunajat: “Ya Allah, jika Aku memohon kepada-Mu dengan nama Muhammad, apakah Engkau sudi mengampuni dosaku?” Allah menjawab, “Siapa Muhammad?”. Adam berkata, “Maha Suci Engkau, ketika Engkau ciptakan aku, aku tengadahkan wajahku menghadap arasy-Mu dan di sana tertulis kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله, maka Aku tahu bahwa tidak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya di sisi-Mu kecuali dia yang namanya bersanding dengan nama-Mu.” Allah menjawab, “Hai Adam, dia adalah nabi terakhir dari keturunanmu. Jika bukan karena dia, aku tidak akan menciptakanmu (لو لا هو ما خلقتك)."
Dalam kitab ini juga disebutkan sebuah riwayat dari Ibn Abbas yang bertanya kepada Rasulullah tentang kalimat-kalimat pertobatan yang diterima Adam dari Allah. Rasulullah menjawab: “Dia (Adam) memohon kepada Allah dengan menyebut nama Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, kemudian diterimalah tobatnya.” (Ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr, 2000 (Beirut: Darul Kutub ‘Ilmiyyah), h. 119)
Riwayat ini tidak terlalu populer, apalagi di kalangan sekelompok orang yang gampang menuduh siapa pun yang mencintai Ahlul Bait sebagai Rafidhi (Syiah Rafidhah), hingga Imam Syafi’i dalam petikan diwannya yang terkenal pernah berujar:
“Jika mencintai keluarga Muhammad berarti Rafidhi, biarlah jin dan manusia bersaksi bahwa aku ini Rafidhi.”
Wallahu a’lam.
Sumber: NU Online
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr mengutip sejumlah riwayat tentang kisah pertobatan Nabi Adam. Ketika diusir dari surga dan jatuh ke bumi, beliau mendatangi Ka’bah dan shalat dua raka'at, kemudian berdo'a, dalam untaian do'a yang indah:
اللّهُمّ إِنّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلَانِيَتِيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ وَتَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَأَعْطِنِيْ سُؤَلِيْ وَتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيْبُنِيْ إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي وَأَرْضِنِيْ بِمَا قَسَّمْتَ لِي
“Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku.”
Allah kemudian menjawab do'a Nabi Adam:
“Hai Adam, Aku telah terima taubatmu dan telah Aku ampuni dosamu. Tidak ada seorang pun di antara keturunanmu yang berdoa dengan doa sepertimu kecuali Aku ampuni dosa-dosanya, Aku angkat kesedihan dan kesulitannya, Aku cabut kefakiran dari dirinya, Aku niagakan dia melebihi perniagaan semua saudagar, Aku tundukkan dunia di hadapannya meskipun dia tidak menghendakinya.”
Do'a Nabi Adam yang indah dijawab oleh Allah dengan jawaban yang lebih indah. Jalaluddin as-Suyuthi juga mengutip riwayat bahwa sebelum memanjatkan doa, Nabi Adam tawassul dengan nama Muhammad. Beliau bermunajat: “Ya Allah, jika Aku memohon kepada-Mu dengan nama Muhammad, apakah Engkau sudi mengampuni dosaku?” Allah menjawab, “Siapa Muhammad?”. Adam berkata, “Maha Suci Engkau, ketika Engkau ciptakan aku, aku tengadahkan wajahku menghadap arasy-Mu dan di sana tertulis kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله, maka Aku tahu bahwa tidak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya di sisi-Mu kecuali dia yang namanya bersanding dengan nama-Mu.” Allah menjawab, “Hai Adam, dia adalah nabi terakhir dari keturunanmu. Jika bukan karena dia, aku tidak akan menciptakanmu (لو لا هو ما خلقتك)."
Dalam kitab ini juga disebutkan sebuah riwayat dari Ibn Abbas yang bertanya kepada Rasulullah tentang kalimat-kalimat pertobatan yang diterima Adam dari Allah. Rasulullah menjawab: “Dia (Adam) memohon kepada Allah dengan menyebut nama Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, kemudian diterimalah tobatnya.” (Ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr, 2000 (Beirut: Darul Kutub ‘Ilmiyyah), h. 119)
Riwayat ini tidak terlalu populer, apalagi di kalangan sekelompok orang yang gampang menuduh siapa pun yang mencintai Ahlul Bait sebagai Rafidhi (Syiah Rafidhah), hingga Imam Syafi’i dalam petikan diwannya yang terkenal pernah berujar:
لو كان رافضا حب ال محمد، فاليشهد الثقلان اني رافضي
“Jika mencintai keluarga Muhammad berarti Rafidhi, biarlah jin dan manusia bersaksi bahwa aku ini Rafidhi.”
Wallahu a’lam.
Sumber: NU Online