Sunnah Shalat
(و) سننها (بعد الدخول فيها شيئان التشهد الأول والقنوت في الصبح) أي في اعتدال الركعة الثانية منه، وهو لغة الدعاء وشرعاً ذكر مخصوص، وهو اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت الخ (و) القنوت (في) آخر (الوتر في النصف الثاني من شهر رمضان) وهو كقنوت الصبح المتقدم في محله ولفظه، ولا تتعين كلمات القنوت السابقة، فلو قنت بآية تتضمن دعاء وقصد القنوت حصلت سنة القنوت
(وهيئاتها) أي الصلاة وأراد بهيئاتها ما ليس ركناً فيها، ولا بعضاً يجبر بسجود السهو (خمسة عشر خصلة: رفع اليدين عند تكبيرة الإحرام) إلى حذو منكبيه (و) رفع اليدين (عند الركوع و) عند (الرفع منه ووضع اليمين على الشمال) ويكونان تحت صدره وفوق سرته
(والتوجه) أي قول المصلي عقب التحرم: وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض الخ. والمراد أن يقول المصلي بعد التحرم دعاء الافتتاح هذه الآية أو غيرها مما ورد في الاستفتاح (والاستعاذة) بعد التوجه وتحصل بكل لفظ يشتمل على التعوذ، والأفضل أعوذ بالله من الشيطان الرجيم (والجهر في موضعه) وهوالصبح وأولتا المغرب والعشاء والجمعة والعيدان
(والإسرار في موضعه) وهي ما عدا الذي ذكر (والتأمين) أي قول آمين عقب الفاتحة لقارئها في صلاة وغيرها، لكن في الصلاة آكد ويؤمن المأموم مع تأمين إمامه، ويجهر به (وقراءة السورة بعد الفاتحة) لإمام ومنفرد في ركعتي الصبح وأولتي غيرها، وتكون قراءة السورة بعد الفاتحة، فلو قدم السورة عليها لم تحسب (والتكبيرات عند الخفض) للركوع
(والرفع) أي رفع الصلب من الركوع (وقول سمع الله لمن حمده) حين يرفع رأسه من الركوع. ولو قال من حمد الله سمع له كفى، ومعنى سمع الله لمن حمده تقبل الله منه حمده وجازاه عليه وقول المصلي (ربنا لك الحمد) إذا انتصب قائماً (والتسبيح في الركوع) وأدنى الكمال في التسبيح سبحان ربي العظيم ثلاثاً (و) التسبيح في (السجود) وأدنى الكمال فيه سبحان ربي الأعلى ثلاثاً والأكمل في تسبيح الركوع والسجود مشهور
(ووضع اليدين على الفخذين في الجلوس) للتشهد الأول والأخير (يبسط) اليد (اليسرى) بحيث تسامت رؤوسها الركبة (ويقبض) اليد (اليمنى) أي أصابعها (إلا المسبحة) من اليمنى فلا يقبضها (فإنه يشير بها) رافعاً لها حال كونه (متشهداً) وذلك عند قوله إلا الله ولا يحركها، فإن حركها كره ولا تبطل صلاته في الأصح
(والافتراش في جميع الجلسات) الواقعة في الصلاة كجلوس الاستراحة، والجلوس بين السجدتين، وجلوس التشهد الأول، والافتراش أن يجلس الشخص على كعب اليسرى جاعلاً ظهرها للأرض، وينصب قدمه اليمنى ويضع بالأرض أطراف أصابعها لجهة القبلة
(والتورك في الجلسة الأخيرة) من جلسات الصلاة، وهي جلوس التشهد الأخير والتورك مثل الافتراش، إلا أن المصلي يخرج يساره على هيئتها في الافتراش من جهة يمينه، ويلصق وركه بالأرض، أما المسبوق والساهي فيفترشان ولا يتوركان (والتسليمة الثانية) أما الأولى فسبق أنها من أركان الصلاة.
Yang Sunnah Sebelum Shalat
Kesunahan-kesunahan sebelum pelaksanaan shalat ada dua perkara.
Adzan dan Iqamah
Yang pertama, adzan. Secara bahasa adzan berarti memberitahu. Dan secara syara’ adalah dzikiran tertentu guna memberitahu masuknya waktu shalat fardhu.
Lafadz-lafadz adzan dibaca dua kali kecuali lafadz takbir di permulannya maka dibaca empat kali, dan kecuali lafadz tauhid di akhir adzan, maka dibaca satu kali.
Dan yang kedua adalah iqamah. Iqamah adalah bentuk masdar dari fi’il madli aqama. Kemudian dijadikan nama sebuah dzikiran tertentu. Karena sesungguhnya dzikiran tersebut digunakan untuk mendirikan shalat.
Masing-masing dari adzan dan iqamah hanya disyari'atkan/dilakukan untuk shalat fardhu. Sedangkan shalat yang lain, maka dikumandangkan dengan bahasa “ash-shalatu jami’ah”.
Yang Sunnah Saat Shalat
Sunnah ab'adh saat shalat ada dua
Kesunnahan-kesunnahan di dalam shalat ada dua perkara, yaitu tasyahud awal dan qunut di dalam shalat Shubuh, yaitu saat i’tidal raka'at kedua dari shalat Shubuh.
Secara bahasa qunut bermakna do’a. Dan secara syara’ adalah dzikiran tertentu, yaitu
اللهم اهْدِنِي فَيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ إِلَخْ
Qunut di dalam shalat Witir ini sama seperti qunutnya shalat Shubuh yang sebelumnya di dalam tempat dan lafadznya.
Qunut tidak harus menggunakan kalimat-kalimat qunut yang telah dijelaskan di atas. Sehingga, seandainya seseorang melakukan qunut dengan membaca ayat Al-Qur’an yang mengandung do'a dan ditujukan untuk qunut, maka kesunnahan qunut sudah hasil.
Sunnah Haiat
Sunnah haiat-nya shalat ada lima belas perkara. Yang dikehendaki dengan haiat ialah bukan rukun dan bukan sunnah ab’adl yang diganti dengan sujud sahwi -ketika ditinggalkan-.
Yaitu mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram hingga sejajar dengan kedua pundak.
Dan mengangkat kedua tangan ketika hendak dan bangun dari ruku’.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Dan keduanya berada di bawah dada dan di atas pusar.
Do’a tawajjuh, maksudnya ucapan orang yang shalat setelah takbiratul ihram yang berbunyi,
"وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ الَخ"
Membaca isti’adzah (ta’awudz) setelah membaca do'a tawajjuh.
Kesunnahan isti’adzah sudah bisa hasil dengan setiap lafadz yang mengandung ta’awudz (memohon perlindungan Allah).
Dan do’a ta’awudz yang paling utama adalah,
"أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ"
Mengeraskan suara di tempatnya, yaitu di dalam shalat Shubuh, dua raka'at pertama shalat Maghrib dan Isya, shalat Jum’at dan dua shalat hari raya.
Memelankan suara di tempatnya, yaitu di selain tempat-tempat yang telah disebutkan di atas.
Ta’min yaitu ucapan “aamiin” setelah selesai membaca surat Al-Fatihah bagi yang membacanya di dalam shalat dan selainnya, akan tetapi di dalam shalat lebih dianjurkan.
Seorang makmum sunnah membaca “aamiin” berbarengan dengan bacaan “aamiin” imamnya dengan mengeraskan suara.
Membaca surat setelah membaca surat Al-Fatihah bagi seorang imam atau orang yang shalat sendiri di dalam dua raka'atnya shalat Shubuh dan dua raka'at pertamanya shalat yang lain.
Membaca surat itu dilakukan setelah membaca surat Al-Fatihah. Sehingga, seandainya seseorang mendahulukan membaca surat sebelum membaca Al-Fatihah, maka bacaan suratnya tidak dianggap.
Bacaan takbir saat turun ke posisi ruku’.
Dan saat mengangkat, maksudnya mengangkat punggung dari posisi ruku’.
Bacaan “سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ” ketika mengangkat kepala dari ruku’.
Dan seandainya seorang yang shalat mengucapkanمَنْ حَمَدَ اللهَ سَمِعَ لَهُ"” “barangsiapa memuji Allah, maka semoga Allah mendengar pujiannya”, maka sudah mencukupi.
Makna “سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ” adalah semoga Allah menerima pujian darinya dan memberi balasan atas pujiannya.
Ucapan mushali (orang yang shalat) “رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ “ ketika sudah berdiri tegap.
Membaca tasbih di dalam ruku’. Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ" tiga kali.
Membaca tasbih di dalam sujud. Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى" tiga kali.
Untuk dzikiran yang paling sempurna di dalam bacaan tasbih saat ruku’ dan sujud sudah mashur.
Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha saat duduk tasyahud awal dan akhir.
Dengan membuka tangan kiri sekira ujung jemarinya sejajar dengan lutut.
Dan menggenggam tangan kanan, maksudnya jemarinya, kecuali jari telunjuk tangan kanan.
Maka ia tidak menggenggamnya, karena sesungguhnya ia akan menggunakannya untuk isyarah, mengangkatnya saat mengucapkan tasyahud, yaitu ketika mengucapkan kalimat "إِلَّا اللهُ".
Dan hendaknya ia tidak menggerak-gerakan jari telunjuknya. Jika ia menggerak-gerakannya, maka hukumnya makruh dan shalatnya tidak sampai batal menurut pendapat al-ashah.
Dan sunnah melakukan duduk iftirasy pada semua posisi duduk yang dilakukan di dalam shalat, seperti duduk istirahah, duduk di antara dua sujud dan duduk tasyahud awal.
Iftirasy adalah seseorang menduduki mata kaki kirinya, memposisikan punggung kaki kirinya pada lantai, menegakkan telapak kaki kanan, dan memposisikan jemari kaki kanannya menempel pada lantai dan menghadap ke kiblat.
Dan sunnah duduk tawarruk saat duduk terakhir dari duduk-duduk di dalam shalat, yaitu duduk tasyahud akhir.
Tawarruk sama dengan posisi duduk iftirasy, hanya saja di samping menetapi posisi iftirasy, mushali mengeluarkan kaki kirinya melalui arah bawah kaki kanannya dan menempelkan pantatnya ke lantai.
Adapun makmum masbuq dan orang yang lupa, maka dia disunnahkan melakukan duduk iftirasy, tidak duduk tawarruk.
Dan sunnah mengucapkan salam kedua. Adapun salam yang pertama, maka sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya termasuk dari rukun-rukunnya shalat.