Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya
Home » Fathul Qarib » Fiqih » Terjemah Kitab Fathul Qarib


Terjemah Kitab Fathul Qarib

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Kitab Hukum-Hukum Shalat


كتاب أحكام الصلاة

وهي لغة الدعاء وشرعاً كما قال الرافعي أقوال وأفعال، مفتتحة بالتكبير مختتمة بالتسليم بشرائط مخصوصة (والصلاة المفروضة) وفي بعض النسخ الصلوات المفروضات (خمس) يجب كل منها بأول الوقت وجوباً موسعاً إلى أن يبقى من الوقت ما يسعها فيضيق حينئذ

(الظهر) أي صلاته. قال النووي: سميت بذلك لأنها ظاهرة وسط النهار (وأول وقتها زوال) أي ميل (الشمس) عن وسط السماء لا بالنظر لنفس الأمر، بل لما يظهر لنا ويعرف ذلك الميل بتحول الظل إلى جهة المشرق بعد تناهي قصره الذي هو غاية ارتفاع الشمس (وآخره) أي وقت الظهر (إذا صار ظل كل شيء مثله بعد) أي غير (ظل الزوال) والظل لغة الستر تقول أنا في ظل فلان أي ستره، وليس الظل عدم الشمس كما قد يتوهم، بل هو أمر وجودي يخلقه الله تعالى لنفع البدن وغيره 

(والعصر) أي صلاتها، وسميت بذلك لمعاصرتها وقت الغروب (وأول وقتها الزيادة على ظل المثل) وللعصر خمسة أوقات أحدها وقت الفضيلة، وهو فعلها أول الوقت والثاني وقت الاختيار وأشار له المصنف بقوله

(وآخره في الاختيار إلى ظل المثلين) والثالث وقت الجواز وأشار له بقوله (وفي الجواز إلى غروب الشمس) والرابع وقت جواز بلا كراهة، وهو من مصير الظل مثلين إلى الاصفرار، والخامس وقت تحريم وهو تأخيرها إلى أن يبقى من الوقت ما لا يسعها 

(والمغرب) أي صلاتها وسميت بذلك لفعلها وقت الغروب (ووقتها واحد وهو غروب الشمس) أي بجميع قرصها ولا يضر بقاء شعاع بعده (وبمقدار ما يؤذن) أي الشخص (ويتوضأ) أو يتيمم (ويستر العورة ويقيم الصلاة ويصلي خمس ركعات) وقوله وبمقدار الخ ساقط من بعض نسخ المتن، فإن انقضى المقدار المذكور خرج وقتها هذا هو القول الجديد، والقديم ورجحه النووي أن وقتها يمتد إلى مغيب الشفق الأحمر 

(والعشاء) بكسر العين ممدوداً اسم لأول الظلام وسميت الصلاة بذلك لفعلها فيه (وأول وقتها إذا غاب الشفق الأحمر) وأما البلد الذي لا يغيب فيه الشفق، فوقت العشاء في حق أهله أن يمضي بعد الغروب زمن يغيب فيه شفق أقرب البلاد إليهم ولها وقتان: أحدهما اختيار وأشار له المصنف بقوله (وآخره) يمتد (في الاختيار إلى ثلث الليل) والثاني جواز وأشار له بقوله (وفي الجواز إلى طلوع الفجر الثاني) أي الصادق وهو المنتشر ضوءه معترضاً بالأفق، وأما الفجر الكاذب، فيطلع قبل ذلك لا معترضاً بل مستطيلاً ذاهباً في السماء ثم يزول وتعقبه ظلمة، ولا يتعلق به حكم وذكر الشيخ أبو حامد أن للعشاء وقت كراهة وهو ما بين الفجرين 

(والصبح) أي صلاته وهو لغة أول النهار وسميت الصلاة بذلك لفعلها في أوله ولها كالعصر خمسة أوقات: أحدها وقت الفضيلة وهو أول الوقت. والثاني وقت اختيار وذكره المصنف في قوله (وأول وقتها طلوع الفجر الثاني وآخره في الاختيار إلى الإسفار) وهو الإضاءة. والثالث وقت الجواز وأشار له المصنف بقوله (وفي الجواز) أي بكراهة (إلى طلوع الشمس). والرابع جواز بلا كراهة إلى طلوع الحمرة. والخامس وقت تحريم وهو تأخيرها إلى أن يبقى من الوقت ما لا يسعها.

Definisi Shalat

Shalat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam ar-Rafi’i, adalah ucapan dan pekerjaan yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Nama dan Waktu Shalat Wajib

Shalat yang difardhukan ada lima. Dalam sebagian redaksi menggunkan bahasa “shalat-shalat yang difardhukan”.

Masing-masing dari shalat tersebut wajib dilaksanakan sebab masuknya awal waktu dengan kewajiban yang diperluas (tidak harus segera dilakukan) hingga waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk melakukannya, maka saat itu waktunya menjadi sempit (harus segera dilakukan).
  • Shalat Dzuhur
Yaitu shalat Dzuhur. Imam an-Nawawi berkata, “shalat ini disebut dengan Dzuhur karena sesungguhnya shalat ini nampak jelas di tengah hari.”

Awal masuknya waktu shalat Dzuhur adalah saat tergelincirnya, maksudnya bergesernya matahari dari tengah langit, tidak dilihat dari kenyataannya, namun pada apa yang nampak oleh kita.

Pergeseran tersebut bisa diketahui dengan bergesernya bayang-bayang ke arah timur setelah posisinya tepat di tengah-tengah, yaitu puncak posisi tingginya matahari.

Dan batas akhirnya waktu shalat Dzuhur adalah ketika bayang-bayang setiap benda seukuran dengan bendanya tanpa memasukkan bayang-bayang yang nampak saat zawal (gesernya matahari).

Dhil secara bahasa adalah penutup/ pelindung, engkau berkata, “aku berada di bawah dhilnya fulan”, maksudnya perlindungannya.

Bayang-bayang bukan berarti tidak adanya sinar matahari sebagaimana yang disalahfahami, akan tetapi bayang-bayang adalah perkara wujud yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk kemanfaatan badan dan selainnya.
  • Shalat Ashar
Dan Ashar, maksudnya shalat Ashar. Disebut dengan shalat Ashar, karena pelaksanaannya mendekatii waktu terbenamnya matahari.

Permulaan waktunya adalah mulai dari bertambahnya bayangan dari ukuran bendanya.

Shalat Ashar memiliki lima waktu. Salah satunya adalah waktu fadhilah, yaitu mengerjakan shalat di awal waktu.

Yang ke dua adalah waktu ikhtiyar. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif dengan ucapan beliau, akhir waktu Ashar di dalam waktu ikhtiyar adalah hingga ukura bayang-bayang dua kali lipat ukuran bendanya.

Yang ke tiga adalah waktu jawaz. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif dengan ucapan beliau, dan di dalam waktu jawaz hingga terbenamnya matahari.

Yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh. Yaitu sejak ukuran bayang-bayang dua kali lipat dari ukuran bendanya hingga waktu ishfirar (remang-remang).

Yang ke lima adalah waktu tahrim (haram). Yaitu meng-akhirkan pelaksanaan shalat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan shalat.
  • Shalat Maghrib
Dan Maghrib, maksudnya shalat Maghrib. Disebut dengan shalat Maghrib karena dikerjakan saat waktu terbenamnya matahari.

Waktu shalat Maghrib hanya satu. Yaitu terbenamnya matahari, maksudnya seluruh bulatan matahari dan tidak masalah walaupun setelah itu masih terlihat sorotnya, dan kira-kira waktu yang cukup bagi seseorang untuk melakukan adzan, wudhu’ atau tayammum, menutup aurat, iqamah shalat dan shalat lima raka'at.

Perkataan mushannif “وَبِمِقْدَارِ إِلَخْ” terbuang dari sebagian redaksi matan.

Ketika kadar waktu di atas sudah habis, maka waktu Maghrib sudah keluar. Ini adalah pendapat Qaul Jadid.

Sedangkan Qaul Qadim, dan diunggulkan oleh Imam an-Nawawi, adalah sesungguhnya waktu shalat Maghrib memanjang hingga terbenamnya mega merah.
  • Shalat Isya’
Dan shalat Isya’. Isya’ dengan terbaca kasroh huruf ‘ainnya adalah nama bagi permulaan petang. Sholat ini disebut dengan nama tersebut karena dikerjakan pada awal petang.

Permulaan waktu Isya’ adalah ketika terbenamnya mega merah.

Adapun negara yang tidak terbenam mega merahnya, maka waktu Isya’ bagi penduduknya adalah ketika setelah ternggelamnya matahari, sudah melewati masa tenggelamnya megah merah negara yang terdekat pada mereka.

Shalat Isya’ memiliki dua waktu. Salah satunya adalah waktu Ikhtiyar, dan di-isyarahkan oleh mushannif dengan ucapan beliau, “akhir waktu ikhtiyar shalat Isya’ adalah memanjang hingga seperti malam yang pertama.

Yang kedua adalah waktu jawaz. Dan mushannif memberi isyarah tentang waktu ini dengan ucapan beliau, “dan di dalam waktu jawaz hingga terbitnya fajar ke dua, maksudnya fajar Shadiq, yaitu fajar yang menyebar dan membentang sinarnya di angkasa.

Adapun fajar Kadzib, maka terbitnya / muncul sebelum fajar Shadiq, tidak membentang akan tetapi memanjang naik ke atas langit, kemudian hilang dan diikuti oleh kegelapan malam. Dan tidak ada hukum yang terkait dengan fajar ini.

Asy-Syeikh Abu Hamid menjelaskan bahwa sesungguhnya sholat Isya’ memiliki waktu Karahah, yaitu waktu di antara dua fajar.
  • Shalat Subuh
Dan Subuh, maksudnya shalat Subuh. Secara bahasa, Subuh memiliki arti permulaan siang (pagi). Disebut demikian karena dikerjakan di permulaan siang (pagi).

Seperti halnya shalat Ashar, shalat Subuh juga memiliki lima waktu. Salah satunya adalah waktu fadhilah. Yaitu awal waktu.

Yang ke dua adalah waktu ikhtiyar. Mushannif menjelaskannya di dalam ucapan beliau, “awal waktu shalat Subuh adalah mulai terbitnya fajar kedua, dan akhirnya di dalam waktu ikhtiyar adalah hingga isfar, yaitu waktu yang sudah terang.

Yang ke tiga adalah waktu jawaz. Dan mushannif mengisarahkannya dengan ucapan beliau, “dan di dalam waktu jawaz, maksudnya disertai dengan hukum makruh adalah hingga terbitnya matahari.

Dan yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh adalah sampai terbitnya mega merah.

Dan yang ke lima adalah waktu tahrim (haram), yaitu mengakhirkan pelaksanaan shalat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan shalat.

Ke halaman utama >>



Newer Post Older Post

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
Comments
Atom
Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse