Hikmatul Islam | Nurul Hikmah

  • Adab dan Akhlak
  • Mutiara Hikmah
  • Kisah Hikmah
    • Kisah Hikmah
    • Hikmah Sufi
    • Biografi Ulama
    • Sirah Nabawi
  • Kalam Hikmah
    • Untaian Kalam Hikmah
    • Muhasabah
    • Mahfudzot
    • Tadzkirah
  • Qur'an dan Hadits
    • Nurul Qur'an
    • Mutiara Hadits
  • Do'a dan Shalawat
    • Do'a Harian
    • Shalawat Nabi
    • Lainnya

Hikmah Dibalik Sakit


Cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan, karenanya hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian. Cobaan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kita bisa berupa kesulitan dan berupa kenikmatan. Ternyata, terdapat pelajaran dan hikmah dibalik sakit yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan.

Terkadang, disaat kita sedang sakit, sering kali kita mengeluh atas penyakit yang kita derita. Padahal, itu semua adalah cobaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Cobaan adalah tanda kecintaan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya.

Dengan diberikan cobaan berupa penyakit, sesungguhnya terdapat banyak hikmah dari cobaan tersebut. Lantas, apa hikmahnya? Simak ulasan hikmah dibalik sakit berikut ini.

Menghapus Dosa. Penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari no.5661 dan Muslim no.651)

Inropeksi Diri. Apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan dan menyesalinya.

Bersyukur. Rasulullah telah mengingatkan, ada dua nikmat yang membuat orang seringkali lupa bersyukur, nikmat sehat dan waktu luang. Mungkin saja saat diberikan kesehatan pun kita jarang sekali bersyukur. Baru bersyukur ketika sakit dan baru menyadari bahwa kesehatan adalah nikmat yang tak ternilai.

Membawa Keselamatan dari Api Neraka. Tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan musibah penyakit yang dideritanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al-Bazzar, shahih)
Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang sabar di dalam menghadapi segala cobaan dan ujian serta penuh ketaqwaan. Semoga bermanfaat!

Sumber :emoslemlifestyle

Baca Selengkapnya »

Older Posts

Inilah Kunci Surga


Foto bundahaifa.com
Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki pintu-pintu untuk memasukinya. Pintu-pintu surga itu memerlukan kunci untuk membukanya. Apakah gerangan kunci surga itu?

Kunci surga sesungguhnya telah dijelaskan secara gamblang oleh Baginda Rasulullah ﷺ dalam beberapa sabdanya, diantaranya hadits dari Muadz bin Jabal,
“Barangsiapa yang meninggal dan dia bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya, maka ia masuk surga.” (HR. Imam Ahmad)
Di hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, ia masuk surga.”(HR. Muslim)

Ternyata, kunci surga adalah dua kalimat syahadat (syahadatain). Dua kalimat yang tak asing bagi umat Islam bahkan begitu sering didengar dan diucapkan. Dua kalimat yang menjadi pintu gerbang kembali kepada Islam (Al Madkhol Ilal Islam) bagi para muallaf. Namun, apakah semudah itu surga dapat dibuka dan dimasuki hanya dengan dua buah kalimat? Jika demikian tentu semua orang sangat mungkin bisa mengucapkannya meski harus dibimbing terlebih dahulu dan akhirnya berhak masuk surga.

Ketahuilah, setiap kunci pasti memiliki sejumlah gerigi. Begitu pula kunci surga. Jika kunci surga yang sesuai geriginya maka pintu surga akan terbuka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa seseorang pernah bertanya kepada Imam Wahhab bin Munabbih, seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a, “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahhab menjawab, “Benar, akan tetapi setiap kunci pasti bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu.”

Gerigi-gerigi kunci itulah yang kemudian menjadi syarat diterimanya dua kalimat syahadat. Asy-Syaikh Muhammad Said al-Qahthani menjelaskan tujuh syarat diterimanya syahadat.

Pertama, Al-‘Ilmu (Mengetahui). Setiap orang yang bersyahadat harus mengetahui dengan benar apa makna dan maksud yang terkandung dalam dua kalimat tersebut. Jika tidak, maka tak ubahnya seperti burung beo yang pandai mengucapkan kata-kata tanpa mengetahui maknanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu…”(QS. Muhammad : 19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mendahulukan perintah untuk memiliki pengetahuan akan sesuatu sebelum memerintahkan untuk beramal. Pada ayat lain Allah melarang hamba-Nya untuk menuruti sesuatu tanpa mengetahui tentang apa yang diikutinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Dan jangalah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua akan dimintai pertanggungjawaban.”(QS. Al-Isra’: 36)

Oleh karena itu pengetahuan tentang makna syahadat menjadi syarat diterimanya dan terbukanya pintu surga. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.”(HR. Muslim)

Syarat kedua, Al-Yaqin (Meyakini). Setiap orang yang mengikrarkan dua kalimat syahadat ini harus meyakini sepenuh hati tanpa ada keraguan di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.”(HR. Muslim)

Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam kitabnya Al-Mufhim ‘ala Shahih Muslim,” Tidak cukup dengan melafalkan syahadatain, akan tetapi harus dengan keyakinan hati.”

Syarat ketiga, Al-Qobul (Menerima). Syahadat baru diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala jika menerimanya dengan total atas konsekuensi yang menyertainya dengan hati dan lisannya. Jika seseorang mengucapkan syahadat hanya di lisannya tanpa mengakui kebenaran di hatinya maka syahadatnya ditolak. Ia adalah seorang munafiq I’tiqodiy. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengecam kaum musyrik lagi munafiq yang menolak kalimat syahadat ini dalam firman-Nya,
“Orang-orang musyrik itu apabila dikatakan kepada mereka : (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata : apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami hanya karena ucapan penyair yang gila ini.”(QS. Ash-Shaffat : 35-36)

Syarat keempat, Al-Inqiyad (Tunduk patuh). Ikrar syahadat harus diikuti dengan sikap tunduk patuh terhadap kandungan maknanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar : 54)

Sesungguhnya ketika seseorang telah berikrar syahadat maka ia telah memeluk Islam yang diharapkan memiliki sikap tunduk dan patuh secara total segala aturan yang ada di dalamnya. Firman Allah dalam Qur'an surah Luqman ayat 22 menjelaskan hal ini.
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (kalimat Laa ilaaha illallah).”
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku bawa.”(HR. Imam Nawawi)

Syarat kelima, Ash-Shidq (Jujur atau benar). Syahadat harus diucapkan dengan sungguh-sungguh tanpa kepalsuan dan kepura-puraan. Ucapan lisannya harus sejalan dengan pikiran dan hatinya. Karena Allah Maha Mengetahui setiap hamba yang jujur dalam keimanan dan yang melakukan penipuan.
“Dan di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal mereka itu sebenarnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal pada hakikatnya mereka hanya menipu diri sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.”(QS. Al-Baqarah : 8-10)

Dari Anas bin Malik, Nabi ﷺ bersabda, “Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dalam hatinya, kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka.” (HR. Bukhari).

Syarat keenam, Al-Ikhlash (Ikhlas). Ikrar syahadat harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala. Firman Allah,
“Mereka itu tidaklah diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan kepatuhan kepada-Nya (ikhlas) dalam menjalankan agama secara lurus…”(QS. Al-Bayyinah : 5)

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.”(HR. Muttafaq Alaihi).

Syarat terakhir adalah Al-Mahabbah (Cinta). Seorang yang telah mengikrarkan syahadat maka ia harus mencintai Allah di atas segalanya dan mencintai segala sesuatu dalam rangka mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Firman Allah,
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat mencintai Allah di atas segala-galanya.”(QS. Al-Baqarah : 165)

Demikianlah syarat-syarat diterimanya syahadat yang merupakan gerigi-gerigi kunci surga. Sehingga jika seorang hanya mengucapkan syahadat namun tidak memenuhi syarat-syaratnya maka ia bagaikan orang yang memegang kunci surga yang tak bergerigi. Ia tak dapat membuka pintu surga dan mustahil masuk kedalamnya. Allahu a’lam bish-shaawab.

Sumber: dakwatuna.com


Baca Selengkapnya »

Older Posts

Bacaan Surat Al-Kahfi Ayat 1-10


Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang terletak di bagian akhir juz 15 dan di awal juz 16. Surat Al Kahfi ini termasuk surat Makiyyah, atau surat yang diturunkan di kota Makkah. Surat Al-Kahfi berjumlah 110 ayat dan menempati urutan ke 18 dari 114 surat yang ada dalam Al-Qur’an.

Surat Al-Kahfi memiliki berbagai keutamaan yang bisa diperoleh bahkan disunnahkan untuk tiap Jum'at untuk membacanya. Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Imam Syafi’i dalam Al-Umm dan Al-Ashaab berkata disunnahkan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at dan malam Jum'atnya.” (Al-Majmu’, 4: 295).

Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Dari akhir surat Al-Kahfi.” (HR. Muslim no. 809)


Berikut ini Bacaan Surat Al-Kahfi Ayat 1-10 dan Terjemahannya 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

اَلحَمدُ لِلّٰهِ الَّذيْٓ اَنزَلَ عَلىٰ عَبدِهِ الْكِتٰبَ وَلَم يَجعَلْ لَهٗ عِوَجًا ۜ ١
Alhamdu lillaahil lazeee anzala 'alaa 'abdihil kitaaba wa lam yaj'al lahoo 'iwajaa

1. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok,*

قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَديْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذيْنَ يَعمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًا ۙ٢
Qaiyimal liyunzira baasan shadeedam mil ladunhu wa yubashshiral mu'mineenal lazeena ya'maloonas saalihaati anna lahum ajran hasanaa

2. sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik,

مَّاكِثيْنَ فيْهِ اَبَدًا ۙ٣
Maakiseena feehi abadaa

3. mereka kekal di dalamnya untuk selama lamanya.

وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا ۖ٤
Wa yunziral lazeena qaalut takhazal laahu waladaa

4. Dan Dia memperingatkan kepada orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak."

مَّا لَهُم بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَالِاٰبَآئِهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْ ۗ اِنْ يَّقوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا ٥
Maa lahum bihee min 'ilminw wa laa li aabaaa'ihim; kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim; iny yaqooloona illaa kazibaa

5. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا ٦
Fala'allaka baakhi'un nafsaka 'alaaa aasaarihim illam yu;minoo bihaazal hadeesi asafaa

6. Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).

اِنّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ٧
Innaa ja'alnaa ma 'alal ardi zeenatal lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu 'amalaa

7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.

وَاِنّا لَجٰعِلوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًا ۗ٨
Wa innaa lajaa 'iloona maa 'alaihaa sa'aeedan juruzaa

8. Dan Kami benar benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.

اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا ٩
Am hasibta anna Ashaabal Kahfi war Raqeemi kaanoo min Aayaatinaa 'ajabaa

9. Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim* itu, termasuk tanda tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?

اِذْ اَوَى الفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا ١٠
Iz awal fityatu ilal Kahfi faqaaloo Rabbanaaa aatinaa mil ladunka rahmatanw wa haiyi' lanaa min amrinaa rashadaa

10. (Ingatlah) ketika pemuda pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berkata, "Ya, Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami."


Baca Selengkapnya »


Older Posts

Antara Membaca Maulid dan Membaca Al-Qur'an


Banyak yang mempertentangkan antara membaca Maulid dan baca Al-Qur'an.
Kenapa masih baca Maulid, bukankah Al-Qur'an lebih baik?

Simak jawabannya dalam video berikut ini.




Baca Selengkapnya »


Older Posts

BERBAGAI MACAM WALI


```الاولياء على ثلاثة أقسام: فمنهم من يعرف نفسه أنه ولي ويعرفه الناس، ومنهم من يعرفه الناس ولا يعرف نفسه، ومنهم من لا يعرف نفسه أنه ولس ولا يعرفه الناس (ولكن الذي يعرف أنه ولي أفضل) -- تحفة الاحباب: 223

Wali itu ada tiga macam,
  1. Wali yang mengetahui tentang kewalian dirinya dan orang-orang pun juga mengetahui tentang kewaliannya.
  2. Wali yang kewaliannya diketahui orang lain, namun dirinya sendiri tidak mengetahuinya.
  3. Wali yang tidak mengetahui dirinya adalah seorang wali, dan orang lain pun juga tidak mengetahui tentang kewaliannya, (namun orang yang mengetahui kewaliannya itu lebih utama).

(Kitab Tuhfatul Ahbab 223)


Baca Selengkapnya »

Older Posts
Subscribe to: Posts (Atom)

Adnow Ads

loading...

Post Terbaru

Translate

SAYANGI YANG ADA DI BUMI, ENGKAU DISAYANGI PENDUDUK LANGIT

قال رسول الله  ﷺ : مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني Rasulullah ﷺ telah bersabda, ”Ba...


Daftar Pondok Pesantren
se-Indonesia


Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

Sparkline


guest counter
Flag Counter

Adnow1

loading...

Jadwal Waktu Shalat dan Imsyakiyah



Silahkan Pilih Kota untuk melihat Jadwal Waktu Shalat
di Kota Anda.


Post Populer

  • SHALAWAT TIBBIL QULUB
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَ...
  • Risalah Awwal - Pon Pes Attauhidiyyah
    FAS-ALUU AHLADZ- DZIKRI INKUNTUM LAA TA'LAMUUN Bismillaahirrohmaanirrohiim.... Alhamdulillaahilladzii ja'ala lanaal iimaana wal is...
  • Terjemah Al-Akhlaq lil Banin Juz 1
    ★ ﺑﻤﺎﺫﺍ ﻳﻨﺨﻠﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ؟ ★  ﻳﺠﺐ ﻋﻠﮯ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺨﻠﻖ ﺑﺎﻼﺧﻼﻕ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻐﺮﻩ، ﻟﻴﻌﻴﺶ ﻣﺤﺒﻮﺑﺎ ﻓﻲ ﻛﺒﺮﻩ: ﻳﺮﺿﮯ ﻋﻨﻪ ﺭﺑﻪ، ﻭﻳﺤﺒﻪ ﺃﻫﻠﻪ، ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴ...
  • JADILAH ORANG 'ALIM
    قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ  كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى Nabi...
  • Nadham Aqidatul Awam
    Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Mali...

Post Lainnya




Cari Post Lainnya

Kategori

Adab dan Akhlak Aqidah Aswaja Bicara Hidayah Biografi Ulama Bulughul Maram Cahaya Raudhah Do'a Harian Do'a Para Nabi Dalam Al-Qur'an Do'a dan Shalawat Fathul Qarib Fiqih HNA Habaib Habib Abubakar Assegaf Hadits Qudsi Hikmah Sufi Hujjah Aswaja Kajian Fiqih Kajian Tafsir Al-Qur'an Kisah Hikmah Kiswah TV Mahfudzot Masjid Nusantara Mutiara Hadits Mutiara Hikmah Nabi dan Rasul Nisfu Sya'ban Nurul Qur'an Pesan Sahabat Puasa Ramadhan Serba Serbi Shalat Tarawih Shalawat Nabi Sirah Nabawi Tadabbur Daily Tadzkirah Tafsir Qur'an Terjemah Ta'lim Muta'alim Terjemahan Matan kitab Safinatun Najah USWAH (Meneladani Para Pendahulu) Ulama Nusantara Ummul Mukminin Untaian Kalam Hikmah Video Wisata Religi Ziarah Wali

Blog Archive

Report Abuse